HOLOPIS.COM, PALU – Melalui program Akselerasi Kreatif (AKTIF) Musik, dua entitas musik kebanggaan Palu, Rival Himran dan The Box Band, baru saja menyelesaikan produksi video musik yang bukan sekadar promosi lagu, melainkan sebuah pernyataan budaya yang mendalam.
Kurasi ketat yang dilakukan oleh tokoh industri musik senior, Buddy Ace, berhasil menyaring dua warna musik yang kontras namun memiliki akar yang sama yaitu kecintaan pada identitas lokal Sulawesi Tengah.
Sosok Rival Himran, yang selama ini dikenal sebagai penjaga denyut low-end di band reggae legendaris Steven and Coconuttreez, kini tampil sebagai solois yang visioner. Dalam video musik terbarunya bertajuk “La Vita E Bella”, Rival membawa semangat Sulawesi Tengah ke Jakarta.
Disutradarai oleh M. Anrio bersama Wara Wiri Project, video ini mengambil latar ikonik di Anjungan Sulawesi Tengah, Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Lokasi ini dipilih bukan tanpa alasan; ia menjadi simbol kehadiran fisik budaya Sulteng di panggung nasional.
Lagu ini hadir sebagai sebuah “mosaik linguistik” yang unik dengan memadukan empat bahasa sekaligus. Rival menempatkan Bahasa Kaili sebagai akar identitas utamanya, yang kemudian dijalin harmonis dengan Bahasa Indonesia sebagai jembatan pemahaman bagi pendengar luas.
Kemudian Bahasa Inggris untuk menjangkau audiens global serta tak ketinggalan, penyematan frasa Italia La Vita E Bella memberikan sentuhan semangat universal bahwa hidup, dengan segala dinamikanya, tetaplah indah.
Lagu ini menjadi refleksi puitis tentang bagaimana merayakan suka dan duka dengan keanggunan seorang musisi yang tak pernah lupa dari mana ia berasal.
Jika Rival bermain dengan nuansa kontemporer-universal di Jakarta, The Box Band memilih untuk pulang ke akar sejarah yang emosional. Grup rock ini memproduksi video musik untuk lagu “Tadulako”, sebuah penghormatan bagi sosok panglima perang legendaris masyarakat Kaili.
Proses syuting yang berlangsung selama tiga hari ini adalah sebuah perjalanan spiritual dan visual. Disutradarai oleh Fadly dari Pado Project, pengambilan gambar dilakukan di lima lokasi yang sangat simbolis bagi masyarakat Palu.
Narasi visual diawali dari keasrian alam di Kuala Porame dan Kabonena, merambah ke Universitas Tadulako sebagai representasi pusat intelektual daerah, hingga menyentuh sisi paling emosional di lokasi likuifaksi Perumnas dan Petobo.
Penggunaan situs tragedi tersebut merupakan langkah berani yang mengubah jejak duka menjadi latar karya seni yang penuh martabat, sekaligus melambangkan semangat kebangkitan dari kehancuran.
Kehadiran perwakilan Kantor Staf Presiden selama dua hari pertama produksi menegaskan bahwa inisiatif kreatif dari Sulawesi Tengah ini bukan sekadar hiburan, melainkan bagian dari ketahanan budaya dan penguatan ekonomi kreatif daerah.
Kedua video musik ini dijadwalkan menjadi pemantik bagi musisi-musisi muda di Sulawesi Tengah untuk terus bereksplorasi tanpa batas, membawa nama Tadulako ke panggung dunia.
Program AKTIF Musik telah membuktikan bahwa talenta daerah tidak perlu meninggalkan identitasnya untuk menjadi modern. Rival Himran menunjukkan sisi diplomatis lewat bahasa, sementara The Box Band menunjukkan keberanian lewat narasi sejarah dan lanskap kota yang bangkit pasca-bencana.



