JAFF Market 2025 Hasilkan Dampak Ekonomi Fantastis Rp 36 Miliar

9 Shares

HOLOPIS.COM, YOGYAKARTA – Jogja Expo Center, tempat dihelatnya Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) Market 2025, Menteri Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya, melontarkan tantangan besar yaitu IP (Intellectual Property) lokal harus “naik kelas” dan menguasai pasar global. Namun, di balik janji investasi dan jutaan rupiah, ada momen unik yang mencuri perhatian.

Menekraf Riefky, yang tampil rapi namun santai dengan setelan smart casual, bukan hanya fokus pada kontrak senilai miliaran. Ia sempat berhenti di sebuah booth yang menampilkan kamera analog sinema klasik.

- Advertisement -Hosting Terbaik

Dengan sorot mata penuh antusias, ia terlihat menjajal perangkat jadul tersebut, seolah sedang “menjelajahi waktu” sejenak, menghubungkan teknologi sinema masa lalu dengan ambisi audiovisual masa depan Indonesia.

Kunjungan flashback ini menegaskan pesan utama yakni industri kreatif butuh akar sejarah yang kuat untuk tumbuh ke depan. Dan pertumbuhannya kali ini, diukur dengan angka-angka fantastis.

- Advertisement -

JAFF Market 2024 mencatat dampak ekonomi yang membekas, mencapai Rp 36 miliar, dengan nilai kontrak kerja sama menyentuh Rp 18,5 miliar. Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan jembatan konkret yang menghubungkan IP lokal dari buku, komik, hingga gim yang menuju layar lebar dan platform streaming global.

“JAFF Market ini bukan sekadar ruang temu. Ini adalah jembatan kolaborasi yang memperkuat jalur adaptasi IP menjadi film dan serial. Ini adalah mesin baru untuk lapangan kerja berkualitas,” tegas Menteri Riefky, merujuk pada fokus pemerintah dalam mencapai Asta Cita ke-3 Presiden Prabowo, yaitu peningkatan lapangan kerja.

Pada edisi 2025, Kementerian Ekraf benar-benar serius. Mereka membawa 10 IP unggulan yang telah dikurasi untuk dipajang di program Content Market, siap dipinang oleh investor dan produser dari berbagai negara, termasuk Korsel, Belanda, hingga Kamboja.

Di antara lineup menjanjikan itu adalah Amurva, Elang Hitam, Journal Of Terror, dan The Summoning. Komitmen ini langsung diwujudkan dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) yang mencolok yaitu pengembangan IP Tikam Samurai dengan BushiBros, serta IP Locust bersama LMN VFX.

Kolaborasi ini menjadi sinyal keras bahwa IP Indonesia kini memiliki daya saing tinggi dan siap memasuki tahap produksi lanjutan yang bernilai komersial. Selain momen penandatanganan dan flashback ke masa analog, Menteri Riefky juga menyambangi berbagai inisiatif kunci, mulai dari Wahana Kreator (fokus pengembangan naskah komersil), booth Metra TV x Ekraf (akselerasi film), hingga AINAKI (Asosiasi Industri Animasi dan Kreatif Indonesia), memastikan seluruh ekosistem terkoneksi.

Melalui JAFF 2025, yang berlangsung hingga 6 Desember, Kemenparekraf tak hanya hadir di bursa bisnis, tetapi juga di ruang komunitas. Kolaborasi dengan Produksi Film Negara (PFN) dan penyelenggaraan coaching clinic menjadi upaya masif untuk memperkuat kompetensi kreator sejak tahap ide hingga siap tayang.

“Event ini kami harapkan menjadi katalis lahirnya karya baru melalui kolaborasi regional dan global, sekaligus memperkuat ekosistem film, animasi, dan video Indonesia sebagai motor pertumbuhan ekonomi kreatif yang berdaya saing,” tutup Menteri Ekraf Teuku Riefky, meninggalkan jejak optimisme di tengah gemuruh bisnis film di Yogyakarta.

- Advertisement -
Ikuti kami di Google News lalu klik ikon bintang. Atau kamu juga bisa follow WhatsaApp Holopis.com Channel untuk dapat update 10 berita pilihan redaksi dan breaking news.
9 Shares
💬 Memuat kolom komentar Facebook...
Cloud Startup - Bikin Website Kamu Makin Ngebut

Berita Terkait

Terbaru

holopis holopis