HOLOPIS.COM, JAKARTA – Minat masyarakat terhadap gaya hidup sehat dan penggunaan bahan alami terus meningkat, dan tren ini ikut mendorong pamor tanaman herbal sebagai komoditas ekonomi yang makin seksi.
Pelaku usaha tanaman herbal asal Kampar, Purwanto menyampaikan, bahwa Indonesia memiliki lebih dari 30 ribu jenis tanaman, dinilai punya peluang emas untuk memimpin industri herbal dunia.
Namun sayangnya, tanaman herbal selama ini hanya dipandang sebagai warisan tradisional, tanpa melihat peluangnya sebagai komoditas bernilai tinggi.
“Di negara kita ada lebih dari 30 ribu jenis tanaman. Dari jumlah itu, baru sekitar 1.800 yang diketahui memiliki khasiat pengobatan, dan yang benar-benar dimanfaatkan baru sekitar 280-an jenis,” ujarnya dalam kuliah bersama Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dikutip Holopis.com, Minggu (30/11/2025).
Dia mengatakan, banyak tanaman yang selama ini dianggap biasa, seperti temulawak, kunyit, pegagan, bahkan benalu kopi, ternyata memiliki manfaat besar jika dikelola dengan benar.
Purwanto menyoroti kesenjangan besar antara potensi alam Indonesia dan kontribusinya di pasar global. Nilai pasar herbal dunia mencapai 300 juta USD, namun Indonesia baru berkontribusi sekitar 2 persen.
Negara seperti China dan India, kata dia, sudah jauh melaju dalam pengembangan herbal sebagai obat modern.
“China dan India sudah jauh lebih dulu mengembangkan tanaman herbal sebagai obat dan kini mendominasi pasar internasional. Padahal kita punya sumber daya yang luar biasa, hanya saja belum dikelola maksimal,” ucapnya.
Meskipun permintaan tinggi, pengelolaan usaha herbal kini masih dihadapkan pada tantangan pasokan bahan baku, dimana produksi yang meningkat tidak diimbangi ketersediaan tanaman yang memadai.
“Produksi yang kami jalankan membutuhkan pasokan stabil, sementara tanaman yang kami budidayakan sendiri tidak mencukupi. Kami terpaksa membeli dari luar dengan harga tinggi, dan itu tentu memengaruhi profit,” ungkap Purwanto.
Namun demikian, angka bisnisnya tetap memiliki prospek yang cerah. Usaha herbal yang ia kelola mampu menghasilkan omzet lebih dari Rp50 juta per bulan.
Purwanto meyakini industri tanaman herbal akan semakin berkembang dengan dorongan pemerintah, riset yang lebih kuat, dan pemanfaatan pemasaran digital.
Dengan biaya produksi rendah, pasar luas, serta margin keuntungan yang menjanjikan, industri ini dinilai bisa menjadi ladang usaha mahasiswa dan generasi muda.
“Biaya produksinya relatif kecil, pasarnya luas, dan keuntungannya cukup menjanjikan. Jika kita bisa memecahkan masalah di lapangan, peluang usaha baru akan selalu muncul. Bahkan wisata herbal pun bisa dikembangkan ke depannya,” tutupnya.



