Swasembada Beras RI Bikin Pasar Global Kocar-Kacir

9 Shares

HOLOPIS.COM, JAKARTA – Swasembada beras yang berhasil dicapai Indonesia membuat pasar global terguncang. Hal ini sebagaimana disampaikan Pakar Ekonomi dari Universitas Indonesia (UI), Ninasapti Triaswati.

Dia menjelaskan, bahwa posisi Indonesia yang telah mencapai swasembada beras tak hanya mengubah peta ketahanan pangan nasional, tetapi juga mengguncang stabilitas pasar beras dunia.

- Advertisement -Hosting Terbaik

Pasalnya dengan produksi nasional yang diproyeksi mencapai 34,77 juta ton gabah kering giling pada akhir 2025 dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan 286 juta penduduk Indonesia.

Denhan demikian, Indonesia yang selama dua dekade menjadi importir beras terbesar dunia, resmi keluar dari pasar global.

- Advertisement -

“Ini fakta yang tidak pernah disebut oleh para pengkritik swasembada,” tegas Ninasapti Triaswati dalam keterangan tertulisnya, dikutip Holopis.com, Jumat (28/11/2025).

Hilangnya Indonesia dari daftar pembeli beras internasional langsung memicu gejolak besar. Stok beras global tercatat membengkak ke level tertinggi sepanjang sejarah.

Laporan FAO dan USDA per November 2025 menunjukkan, bahwa stok akhir musim 2025/2026 diperkirakan mencapai 185,1 juta ton. Produksi dunia juga meningkat menjadi 556,4 juta ton (basis milled).

Lonjakan pasokan tanpa diimbangi dengan permintaan dari Indonesia ini membuat harga ekspor beras dunia anjlok drastis, dari US$620–650 per ton pada 2024 menjadi hanya US$375–400 per ton.

Ninasapti menegaskan, bahwa penurunan harga tersebut tidak boleh disalahartikan sebagai efisiensi negara pengekspor, diantaranya India, Thailand, dan Vietnam.

“Harga beras impor yang mereka bilang ‘murah’ bukan karena efisiensi petani Vietnam atau Thailand, melainkan karena mereka panik kehilangan pasar terbesar di dunia,”

Dia remblai menjelaskan, bahwa para pengekspor terpaks banting harga agar gudang mereka tidak penuh. Namun yang menikmati keuntungan itu, kata Nina, adalah importir dan spekulan, bukan rakyat Indonesia.

Lebih lanjut, Nina turut menyinggung narasi yang kerap muncul di publik, bahwa daerah terpencil seperti Papua, Maluku, atau Sabang tidak bisa mendapatkan beras murah tanpa impor.

Padahal di sisi lain, pemerintah tengah menjalankan strategi jangka panjang dan terstruktur untuk menyelesaikan persoalan yang ada.

Salah satu strategi tersebut yaitu dengan menggelontorkan anggaran sebesar Rp189 miliar untuk pencetakan sawah baru dan pembangunan irigasi di Aceh, yang akan dilipatgandakan pada tahun 2026 mendatang.

Selain itu, pemerintah juga tengah memperkuat gudang serta armada Bulog hingga ke wilayah paling terpencil. Penyusunan skema subsidi energi khusus untuk transportasi pangan strategis juga Tengah dijalankan pemerintah.

- Advertisement -
Ikuti kami di Google News lalu klik ikon bintang. Atau kamu juga bisa follow WhatsaApp Holopis.com Channel untuk dapat update 10 berita pilihan redaksi dan breaking news.
9 Shares
💬 Memuat kolom komentar Facebook...
Cloud Startup - Bikin Website Kamu Makin Ngebut

Berita Terkait

Terbaru

holopis holopis