Merasa Paling Pancasilais ? Waspada, Jangan-jangan Bisa Radikal dan Intoleran

Radikalisme dapat tumbuh ketika seseorang mengklaim diri paling Pancasilais, namun dalam praktiknya menolak keberadaan kelompok lain.

34 Shares

HOLOPIS.COM, JAKARTA – Radikalisme dan Intoleransi berkebang di Indonesia akibat mayoritas masyarakat menjadikan Pancasila sebatas slogan. Banyak yang mengklaim diri paling Pancasilais untuk mendiskreditkan pihak lain.

Kesimpulan ini menjadi narasi poin dalam dialog publik bertema “Ideologi Pancasila dalam Benturannya dengan Paham Radikal dan Intoleran di Indonesia” yang digelar Forum Pemerhati Bangsa, Sabtu, 15 November 2025.

- Advertisement -Hosting Terbaik

Dialog publik melalui zoom itu diikuti sekitar 30 orang perwakilan dari sejumlah organisasi aktivis masyarakat, yaitu Forum Anti Penindasan, Forum Tanah Air, Pemuda Tangerang Raya, Papua TV, HMI MPO, dan HMI UNAS.

Pegiat Kebangsaan, Mahadir, yang menjadi pembicara diskusi mengatakan, perkembangan radikalisme dan intoleransi tumbuh subur lantaran masyarakat tidak mampu mengaplikasikan Pancasila dalam tatanan kehidupan sehari-hari.

- Advertisement -

“Radikalisme dapat tumbuh ketika seseorang mengklaim diri paling Pancasilais, namun dalam praktiknya menolak keberadaan kelompok lain,” kata Mahadir.

Menurut Mahadir, fenomena radikalisme dan intoleransi di Indonesia berkembang melalui proses yang gradual dan berakar pada cara sebagian kelompok memahami identitas secara sempit.

“Banyak pihak menjadikan Pancasila sekadar slogan atau identitas simbolik, bukan sebagai pedoman etis dan moral dalam kehidupan bermasyarakat,” tukasnya.

Padahal, lanjut Mahadir, Pancasila seharusnya dipahami sebagai nilai hidup bersama yang menuntut keterbukaan, toleransi, dan penghargaan terhadap keberagaman. Pemahaman nilai Pancasila belum diterjemahkan secara substantif.

Lebih lanjut ia menyampaikan, tantangan ideologis semakin kompleks dengan hadirnya infiltrasi ideologi transnasional yang memanfaatkan ruang digital dan ruang sosial untuk memengaruhi opini publik.

Mahadir melihat narasi pemecah belah semakin intensif dan dapat melemahkan ikatan kebangsaan, apabila tidak ditangani dengan pendekatan preventif.

“Kita harus memperkuat ruang dialog di masyarakat. Ruang-ruang komunikasi yang inklusif akan memperkecil peluang berkembangnya paham radikal dan intoleran,” jelasnya.

- Advertisement -
Ikuti kami di Google News lalu klik ikon bintang. Atau kamu juga bisa follow WhatsaApp Holopis.com Channel untuk dapat update 10 berita pilihan redaksi dan breaking news.
34 Shares
💬 Memuat kolom komentar Facebook...
Cloud Startup - Bikin Website Kamu Makin Ngebut

Berita Terkait

Terbaru

holopis holopis