HOLOPIS.COM, BANGLI – Di tengah panorama memukau Gunung dan Danau Batur, sebuah kisah pemulihan spiritual dan ekologis baru saja dimulai. Pada 13 November 2025, Taman Wisata Alam (TWA) Panelokan, Kintamani, Bangli, menjadi saksi pelaksanaan Upacara Guru Piduka dan penanaman pohon
Kegiatan ini adalah sebuah langkah unik yang menandai komitmen serius pemerintah dan masyarakat adat untuk “menyembuhkan” kawasan wisata ini. Kegiatan yang diprakarsai oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali ini bukan sekadar agenda formal saja.
Guru Piduka, sebuah prosesi adat yang dipimpin oleh Pemangku Desa Adat Kedisan, merupakan ritual permohonan maaf dan refleksi atas kesalahan penataan kawasan di masa lalu, khususnya area bekas bangunan kedai yang baru saja dibongkar. Dihadiri sekitar 80 orang dari berbagai instansi dan tokoh adat, upacara ini menegaskan bahwa pelestarian alam di Bali harus menyentuh aspek Sekala (dunia nyata) dan Niskala (dunia spiritual).
Upacara ini menjadi penutup dari proses panjang pengembalian fungsi TWA Panelokan. Kepala BKSDA Bali, Ratna Hendratmoko, menyampaikan bahwa pendekatan ini adalah bagian dari upaya menghargai kearifan lokal.
“Kami berusaha menerapkan prinsip menghargai masyarakat adat, karena mereka adalah subyek pengelola. Pengelolaan kawasan konservasi yang humanis sesuai dengan karakter bangsa Indonesia,” ujar Ratna, yang mengangkat tema “Sepenuh Hati Menanam Pohon” untuk kegiatan ini.
Filosofi ini diapresiasi oleh Sekretaris Daerah Pemkab Bangli, yang menegaskan bahwa kolaborasi antara konservasi ekologi dan pendekatan budaya membuat pelestarian alam menjadi lebih kuat.
Usai ritual penyucian, kegiatan dilanjutkan dengan aksi nyata berupa penanaman 120 bibit pohon di areal bekas bangunan liar. Pohon-pohon yang ditanam adalah jenis endemik dataran tinggi yang memiliki daya adaptasi tinggi dan berperan penting sebagai penjaga bumi.
Seperti puspa (Schima wallichii), beringin (Ficus benjamina), cemara gunung (Casuarina junghuhniana), dan ampupu (Eucalyptus urophylla). Penanaman ini diharapkan dapat segera mengembalikan kesejukan lingkungan, menahan erosi, dan mengubah bekas lahan yang tercemar menjadi zona hijau yang sehat.
Melalui perpaduan harmonis antara doa, budaya, dan tindakan konservasi, TWA Panelokan kini menawarkan lebih dari sekadar pemandangan indah. Ia menjadi destinasi wisata yang menawarkan kisah perjalanan spiritual tentang bagaimana manusia dan alam dapat hidup berdampingan secara berkelanjutan.



