Capek Jadi Dewasa? Gen Z Temukan Surga Baru Lewat Sleep Tourism


Oleh : Aisha Balqis Salsabila

HOLOPIS.COM, JAKARTA — Kalau dulu liburan identik dengan sunrise chase, city tour yang padat, dan kaki pegal karena keliling kota seharian, sekarang Gen Z punya tren baru yang jauh lebih relatable, yup, sleep tourism lagi naik daun. Dan jujur saja, ini mungkin tren liburan paling Gen Z yang pernah ada.

Bayangkan pergi jauh-jauh hanya untuk rebahan. Tapi bukan rebahan biasa, melainkan rebahan yang “niat” pakai kasur empuk, tirai blackout, kamar kedap suara, aromaterapi, dan suasana yang bikin kita lupa sama grup kerjaan, notif WA, dan email bos yang minta revisi jam 9 malam.

Liburan Tanpa Target, Tanpa Itinerary, Tanpa Drama
Gen Z dikenal sebagai generasi multitasking dan cepat bosan. Tapi ironisnya, justru mereka yang paling butuh istirahat. Rutinitas kerja yang makin nggak kenal waktu, kuliah yang makin ribet, plus sosial media yang nggak pernah mati, bikin banyak anak muda cuma bisa tidur ala kadarnya.

Di sinilah sleep tourism muncul sebagai penyelamat. Di tren ini, liburan tidak diukur dari berapa banyak tempat yang dikunjungi, tapi berapa jam tidur berkualitas yang berhasil dicapai.

Hotel-hotel khusus pun menawarkan konsep yang benar-benar “santuy total” dengan kamar kedap suara, suhu ruangan yang sudah diset ideal, bahkan ada layanan sleep coaching buat yang susah terlelap.

Tidur Jadi Bentuk ‘Self-care’ Paling Gengsi
Tren wellness memang sudah lama booming. Tapi kalau jus hijau dan yoga bikin sebagian orang merasa ribet, tidur adalah self-care yang paling sederhana dan paling manusiawi.

Gen Z melihat tidur bukan lagi sebagai hal basic, tapi sebagai simbol “gue lagi sayang sama diri gue sendiri.”

Dan jujur pulang liburan dengan wajah glowing, energi penuh, dan aura tenang memang terasa jauh lebih keren daripada pulang dengan mata panda dan badan remuk karena itinerary 12 tempat sehari.

Estetik Tetap Nomor Satu

Walau tujuannya tidur, bukan berarti Gen Z nggak mau suasana yang cantik. Retreat-retreat sleep tourism dibuat aesthetic banget, warna warm tone, pencahayaan lembut, aroma lavender yang calming, pemandangan pegunungan atau pantai yang sunyi, sampai spot-spot yang sengaja dirancang untuk foto.

Hasilnya? Healing dapat, vibe Instagram juga dapat.

Detoks Digital Tanpa FOMO
Salah satu paket favorit dalam sleep tourism adalah digital detox. Bayangkan menginap di tempat sunyi yang koneksinya lambat atau memang sengaja dibuat tanpa TV dan wifi. Terdengar ekstrem? Justru itu poinnya. Gen Z pengen istirahat dari kericuhan digital tanpa gangguan notifikasi, tanpa drama chat, tanpa scroll sampai jam 3 pagi.

Travel di Masa Depan Bakal Lebih Tenang, Lebih Rebah-able
Dengan makin banyaknya anak muda yang sadar pentingnya kesehatan mental dan kualitas tidur, tren sleep tourism diprediksi akan terus bertumbuh. Liburan bukan lagi tentang “berapa banyak tempat yang kamu datangi?”, tapi “seberapa fresh kamu setelah pulang?”.

Mungkin ke depan, itinerary liburan akan lebih simpel:

Hari 1: Tidur.
Hari 2: Tidur lagi.
Hari 3: Pulang dengan jiwa lebih damai.
Dan jujur, itu kedengarannya sangat Gen Z.

Tampilan Utama
/