JAKARTA – Sebanyak dua balita meninggal dunia di Kamboja akibat sebuah granat yang diduga berusia 25 tahun. Granat tersebut meledak di dekat rumah mereka, yang berlokasi di pedesaan barat laut Kamboja pada hari Sabtu (22/2) waktu setempat. Kedua balita tersebut adalah anak perempuan dan laki-laki berusia 2 tahun.
Direktur Jenderal CMAC Heng Ratana mengatakan bahwa kedua balita tersebut memang tinggal di tanah yang dulunya adalah medan perang. Mereka tidak sadar bahwa masih ada ranjau yang belum meledak di sekitar rumah.
“Orang tua mereka pergi untuk menetap di tanah yang dulunya merupakan medan perang, dan mereka tidak menyadari bahwa ada ranjau darat atau persenjataan yang belum meledak yang dikubur di dekat rumah mereka,” demikian disampaikan Direktur Jenderal CMAC Heng Ratana, dikutip Holopis.com, Senin (24/2).
Heng Ratana pun sangat menyayangkan kematian dua balita tersebut, apalagi kematian mereka sangat tragis yaitu terluka dari ranjau tertimbun yang berusia 25 tahun.
“Sangat disayangkan karena mereka masih terlalu muda dan seharusnya tidak meninggal seperti ini,” katanya.
Sebagai informasi Sobat Holopis, amunisi lama yang belum meledak memang bisa sangat berbahaya, dikarenakan bahan peledaknya mudah menguap jika rusak.
Saat granat tua tersebut meledak, orang tua para balita itu sedang bekerja di pertanian. Kemudian setelah diperiksa oleh ahli dari Pusat Aksi Ranjau Kamboka, ditentukan bahwa senjata yang ditemuka bayi tersebut adalah granat berpeluncur roket.
Saat ini, ada sekitar 4 hingga 6 juta ranjau darat serta amunisi lainnya yang tidak meledak diperkirakan berserakan di pedesaan Kamboja. Hal itu adalah hasil dari konflik beberapa dekade yang terjadi mulai 1970 hingga 1998.
Sejak berakhirnya perang di Kamboja, hampir 20.000 orang meninggal dunia dan 45.000 luka-luka akibat sisa bahan peledak perang. Jumlah korban kemudian mengalami penurunan seiring berjalannya waktu.



