JAKARTA – Nilai tukar (kurs) rupiah pada penutupan perdagangan hari ini, Jumat (31/1) melemah 48,5 poin atau 0,30 persen ke level Rp16.304 per USD.
Depresiasi nilai tukar mata uang Garuda yang kembali terjadi pada hari ini sejalan dengan sentimen global dan domestik.
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan rupiah ini salah satunya disebabkan oleh sentimen eksternal, yaitu investor.
Baca juga :
Tak ada topik yang sama dalam seminggu terakhir.
Pasalnya investor kini tengah mempertimbangkan kemungkinan tarif Amerika Serikat (AS), bersamaan dengan serangkaian perintah eksekutif dan pengumuman kebijakan Presiden Donald Trump.
Sebab Trump yang baru saja dilantik pada awal Januari mengancam akan mengenakan tarif perdagangan 100 persen terhadap negara anggota BRICS, termasuk Indonesia atas upaya dedolarisasi.
“Trump mengancam akan mengenakan tarif perdagangan 100 persen pada kelompok negara BRICS atas upaya mereka untuk menciptakan mata uang mereka sendiri dan menjauh dari dolar,” kata Ibrahim dalam risetnya, seperti dikutip Holopis.com, Jumat (31/1).
Adapun Trump menuntut komitmen dari kelompok tersebut yang sebagian besar terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, bahwa mereka tidak akan meluncurkan usaha semacam itu.
Trump telah mengancam akan mengenakan tarif 25 persen paling cepat Sabtu ini pada ekspor Kanada dan Meksiko ke Amerika Serikat, jika kedua negara itu tidak menghentikan pengiriman fentanil melintasi perbatasan AS, membuat investor waspada terhadap perang dagang global yang baru.
Sebuah studi oleh Pusat GeoEkonomi Dewan Atlantik tahun lalu menunjukkan, bahwa dolar AS tetap menjadi mata uang cadangan utama dunia, dan baik euro maupun negara-negara yang disebut BRICS tidak mampu mengurangi ketergantungan global pada dolar.
Di sisi moneter, keputusan Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah menandakan pendekatan yang hati-hati untuk bergerak maju di tengah tantangan inflasi yang sedang berlangsung di AS.
Fokus juga tertuju pada data indeks harga PCE utama – pengukur inflasi pilihan Federal Reserve – yang akan dirilis pada hari ini.
Dari sisi domestik, sentimen datang dari kebijakan pemerintah yang melakukan efisiensi anggaran hingga mencapai Rp306,69 triliun.
Berdasarkan data diatas, mata uang rupiah untuk perdagangan selanjutnya diprediksi bergerak fluktuatif dan ditutup melemah di rentang antara Rp16.300 – Rp16.360 per USD.