JAKARTA – Menteri Koordinator (Menko) Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memaparkan tiga isu utama di sektor infrastruktur dan pembangunan kewilayahan.
Ketiga isu tersebut merupakan hasil pemetaan yang dilakukan pihaknya di Kemenko Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan selama 100 hari kerja Kabinet Prabowo-Gibran.
“Tiga bulan waktu yang singkat tapi cukup untuk kita memetakan berbagai permasalahan di bidang infrastruktur dan kewilayahan,” ungkap AHY dalam keterangannya , seperti dikutip Holopis.com, Selasa (28/1).
Ketiga isu tersebut mencakup pemanfaatan infrastruktur yang belum optimal, keterbatasan anggaran, serta durasi pengerjaan infrastruktur yang membutuhkan waktu lama.
AHY menjelaskan bahwa infrastruktur yang telah selesai dibangun seringkali tidak digunakan secara maksimal untuk kepentingan masyarakat.
Salah satu penyebab utamanya adalah kurangnya perencanaan terintegrasi yang mengakibatkan konektivitas lanjutan tidak berjalan dengan baik.
“Misalnya membangun bandara besar tapi konektivitas menuju bandara itu belum optimal, sehingga belum menghadirkan yang kita harapkan misal jumlah penumpang yang signifikan,” jelasnya.
Kemudian ihwal keterbatasan anggaran, AHY mengatakan bahwa pembangunan infrastruktur membutuhkan biaya yang sangat besar, sedangkan kemampuan fiskal negara terbatas.
Sebagai negara kepulauan dengan geografis luas, Indonesia harus menentukan prioritas dalam pembangunannya.
“Di sini kita harus jernih, mana yang harus kita dahulukan karena dihadapkan terhadap keterbatasan anggaran. Keinginan kita tidak terbatas, tetapi sumber daya kita selalu ada batasannya termasuk anggaran,” ujarnya.
Isu terakhir yang diungkap AHY adalah durasi pengerjaan infrastruktur yang memakan waktu lama. Ia menyoroti dilema antara memilih pembangunan yang cepat dengan biaya murah, atau pembangunan berkualitas yang membutuhkan anggaran lebih besar.
“Kita sering kali memilih, kalau ingin cepat dan baik hasilnya, tentu biaya lebih mahal. Kalau mau murah dan cepat, kualitas tidak maksimal, ingin murah tapi punya kualitas baik, tentu dampaknya juga pada proses atau waktu lebih lama, di sini kita harus seimbangkan,” papar AHY.