JAKARTA – Wacana penutupan Stasiun Karet oleh PT KAI Commuter mendapatkan penolakan dari pengguna dan pedagang di sekitar stasiun. Menurut mereka penutupan tersebug menyulitkan para mereka.
Salah satu pelanggan penumpang KRL, Andini (27) warga Depok ini mengaku penutupan KRL akan menyulitkan dirinya, karena lokasi kantornya yang berada di Jalan KH Mansyur lebih dekat dengan Stasiun Karet.
“Dari Stasiun Karet saya tinggal jalan 50 meter, ke Bus Stop nunggu Jaklingko atau Transjakarta menuju ke kantor saya, jadi ini sangat memudahkan saya,” katanya kepada Holopis.com Minggu (5/1).
Menurutnya, meniadakan Stasiun Karet membuat dirinya dan teman-temanya akan merasakan kesulitan untuk menuju lokasi kerjanya.
“Kalau dari Stasiun BNI/Sudirman sangat jauh, kan dari sana tidak ada Jaklingko maupun transjakarta yang langsung menuju kantor. Kami harus transit dulu, itu justru menyulitkan kami, habis waktu kami di jalan,” keluhnya.
Ia berharap PT KAI kembali mengkaji ulang wacana ini, mengingat banyak penumpang KRL yang turun di Stasiun Karet.
Penolakan tersebut juga diutarakan oleh para pedagang di kawasan sekitar Stasiun Karet, Udit salah satu pedagang mengaku ditutupnya Stasiun Karet sudah dipastikan akan mempengaruhi mata pencahariannya.
“Saya jualan di sini sudah enam tahun. Kalau ini di tutup kami pasti kehilangan pelanggan kami, yang selalu beli dagangan kami,” imbuhnya.
Sementara itu, VP Corporate Secretary KAI Commuter, Joni Martinus mengatakan, nantinya Stasiun Karet akan diintegrasikan dengan Stasiun BNI City.
Kedua stasiun dianggap berdekatan secara jarak, meskipun secara akses Stasiun BNI City lebih dekat ditempuh dari Stasiun Sudirman bagi pejalan kaki.
Stasiun BNI City sendiri jadi satu titik pemberhentian yang melayani dua moda kereta, yakni KRL Commuter Line Jabodetabek dan kereta bandara atau Commuter Line Basoetta. Sementara Stasiun Karet hanya melayani KRL Jabodetabek.
Di samping untuk memangkas waktu tempuh kereta bandara dari Stasiun Manggarai menuju Bandara Soekarno-Hatta, Joni mengutarakan, wacana pengintegrasian Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City sebenarnya mempertimbangkan faktor keselamatan.
“Dengan pemangkasan waktu tempuh dari yang sebelumnya mendekati 1 jam menjadi sekitar 40 menit, diharapkan ke depannya Commuter Line Basoetta dapat meningkatkan kapasitas angkut penumpang,” ujar Joni dalam keterangan tertulis.
Menurut dia, itu dilakukan KAI Commuter dalam mengantisipasi peningkatan jumlah penumpang pesawat yang menggunakan kereta dari Bandara Soetta menuju pusat Kota Jakarta, dan sebaliknya.
Sesuai data yang terangkum, dari sekitar 56 juta penumpang pesawat di Bandara Soekarno-Hatta setiap tahunnya, ada sekitar 1,5 juta penumpang yang menuju bandara menggunakan Commuter Line Basoetta selama 2024.
“Dengan peningkatan layanan Commuter Line Basoetta ini ditargetkan dapat melayani sekitar 20 persen, atau 10 juta orang dari total pengguna pesawat di Bandara Soekarno-Hatta,” imbuh Joni.
Joni menilai, proyeksi peningkatan jumlah penumpang tersebut tak lepas dari lokasi strategis Stasiun Manggarai, sebagai titik awal keberangkatan maupun Stasiun BNI City.
Sebab, kedua stasiun tersebut memiliki konektivitas dan terintegrasi dengan beragam moda transportasi lainnya. Mulai dari Transjakarta, KRL, MRT, LRT, hingga JakLingko.
“Perlu dipahami oleh semua pihak, bahwa keputusan yang diambil KCI bertujuan untuk mendukung pergerakan penumpang, baik itu berupa ketepatan waktu keberangkatan dan ketibaan, waktu tempuh yang tidak lama, serta keamanan dan kenyamanan bagi penumpang kami,” pungkasnya.