SUMENEP – Puluhan ekor sapi mati akibat diserang penyakit Bovine Ephemeral Fever (BEF) di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Akibatnya, peternak sapi banyak yang merugi, sehingga mulai waswas melanjutkan peternakannya.
Bahkan, sebagian peternak berbondong-bondong menjual sapinya dengan harga miring agar menghindari kerugian besar jika berpotensi mati.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Sumenep, Chainur Rasyid membeberkan, sekitar 150 ekor sapi terkena serangan wabah tersebut sepanjang dua bulan terakhir.
“Sebelumnya ada 50 sapi yang mati mendadak, sisanya demam,” ungkapnya pada Minggu (5/1).
Pihaknya menjelaskan, musim pancaroba seperti penghujan kerap bermunculan penyakit, salah satunya wabah BEF.
Penyakit ini menular melalui serangga pengisap darah saat hinggap ke sapi, seperti nyamuk, cullicoides spp, aedes vigitax, culex quinquefasciatus, culex annulirostris, anopheline, dan culicine.
Karena itu, Chainur mengimbau peternak lebih menjaga kebersihan kandang dan asupan makan.
“Kasih rumput muda yang dilayukan, jangan yang muda langsung dikasih. Itu mengandung gas. Ini hati-hati nanti sapinya kembung,” sambungnya.
Lebih lanjut, pihaknya mengaku, telah menerjunkan 39 petugas penyuluh hewan untuk menangani sapi yang terjangkit penyakit di setiap kecamatan.
“Tapi sekarang sudah tertangani. Sejauh ini kita melakukan pengobatan, pencegahan dan sosialisasi,” sambungnya.
Chainur berharap, kejadian semacam ini tidak lagi terjadi, karena kasihan terhadap peternak sapi yang berpotensi mengalami kerugian besar.
“Mudah-mudahan landai dan turun, syukur-syukur tidak ada lagi, imunitas sapi meningkat,” tandasnya.
Sebelumnya, 50 ekor sapi milik para peternak mati mendadak di Desa Prancak, Kecamatan Pasongsongan, Sumenep.
Sementara sapi lainnya mengalami demam berhari-hari, di antaranya sembuh dan mati kemudian.