JAKARTA – Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid menjelaskan alasan mengapa aplikasi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) di Indonesia kerap menunjukkan data yang salah.
Menurutnya, hal itu karena data yang dihimpun oleh aplikasi AI terkait informasi di Indonesia belum banyak, sehingga marak terjadi kesalahan jawaban.
“Di Indonesia, karena datanya belum banyak, jadi kadang-kadang jawabnya masih suka salah,” kata Meutya dalam keterangannya, seperti dikutip Holopis.com, Minggu (22/12).
Meskipun AI sering kali menyodorkan informasi yang salah, namun yang terpenting menurutnya adalah bagaimana cara para pengguna dalam memanfaatkan teknologi terbarukan itu untuk mempermudah aktivitas.
Tak dipungkiri, Meutya mnengaku bahwa hal tersebut menjadi tantangan bagi pihaknya sebagai regulator informasi digital. Dia pun mengaku risau dengan kesiapan masyarakat dalam menghadapi kemajuan teknologi yang ada.
“Di satu sisi kalau kami tahan, negara lain yang dapat, jadi masuk ke negara lain dengan lebih cepat. Tapi kalau kami cepetin, kalau di dalam masyarakatnya belum siap, ini juga bisa menjadi tantangan,” kata Meutya.
Meski AI masih banyak kekurangan, dia tetap mendorong para pelaku UMKM untuk menggunakan aplikasi mutakhir tersebut. Menurutnya, AI dapat membantu dalam proses produksi hingga penjualan.
“Bagaimana AI kita gunakan untuk merevolusi UMKM itu menjadi penting. Target utama dari AI ini salah satunya adalah efisiensi. Jadi bagaimana kita menggunakan AI untuk misalnya bertanya banyak hal tentang apa sih yang harus kita lakukan step by step-nya,” kata dia.
Meutya menambahkan, keberadaan AI harus dipelajari dengan baik oleh pelaku UMKM demi meningkatkan persaingan tidak hanya di level domestik namun juga global. Hal itu mengingat banyaknya perusahaan di luar negeri yang memanfaatkan AI sebagai alat riset mereka.
“Kalau kita gak mempersiapkan diri, UMKM-UMKM lain dan kalau di dalam negeri gak apa-apa, tapi kalau yang luar negeri semua sudah memanfaatkan AI terus yang di Indonesia belum, maka mereka menjadi jauh lebih efisien,” katanya.
Maka itu, pada kesimpulan, Meutya mendorong para pelaku UMKM untuk menyiapkan diri dengan kemajuan teknologi dan mempelajari AI sebagai alat bantu dalam proses produksi hingga perdagangan.
“Jadi ini yang sedang kami dorong, teman-teman harus siap dengan kecerdasan artificial ini,” katanya.