SOLO – Puncak roadshow sosialisasi deklarasi dan sosialisasi pembubaran Jamaah Islamiyah (JI) serta ikrar kesetiaan terhadap NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) telah diselenggarakan di Convention Hall Terminal Tirtonadi, Solo, Jawa Tengah.
Kegiatan ini juga merupakan bagian dari rangkaian panjang upaya pendekatan humanis yang dilakukan oleh Densus 88 Antiteror Polri dalam membangun kesadaran ideologis para anggota Jemaah Islamiyah.
Setidaknya, 1.200 eks anggota Jemaah Islamiyah hadir secara langsung, sementara sekitar 6.800 lainnya mengikuti secara daring melalui platform zoom.
Pada deklarasi ini, Jemaah Islamiyah, organisasi yang telah berdiri sejak tahun 1993, secara resmi menyatakan pembubaran diri atas kesadaran penuh, berdasarkan ilmu dan dalil-dalil syar’i.
Keputusan ini menjadi tonggak bersejarah, karena merupakan pembubaran organisasi radikal-teroris secara sukarela yang pertama kali terjadi di dunia.
Dalam pidato sambutannya, Kepala Densus 88 Antiteror Polri Irjen Pol Sentot Prasetyo, menyampaikan bahwa keberhasilan pembubaran ini merupakan hasil pendekatan dialogis, persuasif, dan edukatif.
“Pendekatan humanis ini mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dan kesadaran kolektif, yang terbukti lebih efektif dalam meredam ideologi radikal daripada pendekatan represif,” ujar Sentot, Sabtu (21/12) seperti dikutip Holopis.com.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa pendekatan ini adalah model unik yang hanya diterapkan di Indonesia dan menjadi bukti bahwa kekerasan tidak bisa dilawan dengan kekerasan pula.
Para tokoh Jemaah Islamiyah yang hadir secara daring, termasuk Ustaz Abu Rusydan dan Ustaz Para Wijayanto, menyatakan dengan jelas bahwa pembubaran organisasi ini didorong oleh refleksi mendalam terhadap perjalanan ideologi mereka dan pentingnya kembali kepada NKRI untuk berkontribusi dalam membangun bangsa.
Dalam acara ini, eks anggota Jemaah Islamiyah juga menunjukkan bukti nyata dari komitmen mereka untuk meninggalkan masa lalu yang kelam.
Selain ikrar kesetiaan kepada NKRI, mereka juga telah membuka akses ke 92 pondok pesantren yang sebelumnya terafiliasi dengan Jemaah Islamiyah untuk dievaluasi oleh Kementerian Agama.
Kemudian, mereka juga menyerahkan berbagai alat dan senjata, termasuk senjata api, puluhan kilogram bahan peledak, dan berbagai logistik lainnya.
Lantas, para anggota JI tersebht juga berpartisipasi dalam program pemberdayaan ekonomi, seperti pelatihan servis AC dan pembentukan kelompok tani di Subang, Jawa Barat, bekerja sama dengan berbagai kementerian dan sektor swasta.
Peluncuran Buku “JI: The Untold Story”Sebagai bagian dari kegiatan ini, Irjen Pol Sentot Prasetyo juga meluncurkan buku terbaru berjudul “JI: The Untold Story – Perjalanan Kisah Jemaah Islamiyah.” (penerbit Elex Gramedia, beredar 2025). Buku ini berisi informasi penting dan mendalam mengenai sejarah, ideologi, serta transformasi organisasi Jemaah Islamiyah. Diharapkan buku ini menjadi bahan refleksi dan pembelajaran bagi bangsa Indonesia dan dunia tentang pentingnya pendekatan damai dalam menghadapi radikalisme.
Acara ini menegaskan bahwa Indonesia siap menyambut kembalinya eks anggota Jemaah Islamiyah sebagai bagian dari masyarakat yang produktif.
Dukungan dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat diharapkan dapat mempercepat proses reintegrasi sosial mereka, demi mewujudkan bangsa yang lebih damai, bersatu, dan maju.