Habib Syakur Ingatkan Syarat Berdakwah adalah Berakhlak dan Berilmu

BNCC Techno Talk 2024

JAKARTA – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) memberikan komentar tentang konten-konten dakwah yang dilakukan oleh sejumlah gus dan habib muda di Indonesia. Di mana sejumlah dari mereka menggunakan diksi yang tidak elok untuk dikonsumsi oleh jamaah.

Menurutnya, kunci penting seseorang tampil menjadi pendakwah adalah kepatutan ilmu. Bagaimana para dai memahami ilmu agama dan ilmu sosial yang baik dalam melaksanakan kegiatannya.

“Syarat menjadi pendakwah adalah berilmu dan berakhlak. Tanpa dua itu, tak elok seseorang menjadi pendakwah. Ini fatal jika terjadi karena berdampak pada jamaah,” kata Habib Syakur kepada Holopis.com, Rabu (11/12).

“Jangan jadi pendakwah kalau cuman berilmu tapi tak berakhlak, apalagi tak punya kompetensi dua-duanya. Kasihan umat,” ujarnya.
Hal ini disampaikan untuk merespons sejumlah pendakwah muda yang cenderung menggunakan narasi-narasi yang cenderung seksisme dan bullying dalam kegiatan dakwahnya di atas panggung.
Walaupun konteksnya bercanda, sejumlah narasi-narasi yang tidak elok memang wajib dihindari oleh para pendakwah. Sebab ketika mereka sedang melaksanakan dakwah, apalagi berkaitan dengan agama tertentu, maka sayogyanya mereka merepresentasikan agama tersebut.
“Tidak boleh (sembarangan jadi pendakwah), Rasulullah SAW mengajarkan kita barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam. Maka sebaik-baiknya umat Islam adalah diam ketika tidak bisa berbicara yang baik,” tuturnya.

Sertifikasi Dai

Oleh sebab itu, ulama asal Malang Raya ini pun menilai bahwa sertifikasi Da’i perlu dilakukan agar jangan sampai ada kalangan dai muda yang mencoba mencari panggung ceramah untuk menarik jamaah tertentu.

“Saya kira bagus, itu tugas negara untuk memastikan kiai dan ulama yang berdakwah tidak sembarangan. Dia harus kompeten dalam berilmu agama, kompeten dalam bersikap, dan kompeten dalam berakhlak,” ujarnya.

“Jangan sampai ada pendakwah anyaran (baru) yang tanpa ilmu agama yang memadai, akhlak yang baik lalu pegang mic, bisa bahaya apalagi didengar jamaah yang awam,” sambungnya.

Menurutnya, langkah untuk melaksanakan sertifikasi dai tersebut tidak dalam konteks membatasi dakwah agama, termasuk dakwah Islam. Akan tetapi negara hadir untuk memastikan bahwa umat beragama memiliki pedoman yang baik dari orang-orang yang tepat.

“Negara harus tegas, jangan biarkan kebodohan ini berlanjut. Saya khawatir wajah Islam akan rusak karena dibiarkannya pendakwah nir akhlak bertebaran di panggung-panggung masyarakat,” tukasnya.

Jangan Politisasi Agama

Ada yang tak kalah penting diperhatikan oleh banyak kalangan, yakni penggunaan majelis-majelis shalawat, majelis dzikir dan majelis agama untuk kepentingan politik praktis.

Berkaca pada Pilkada 2024 lalu pun, banyak kegiatan kampanye politik disusupkan ke dalam majelis agama. Menurutnya, praktik tersebut bisa mendiskreditkan kegiatan yang berbau agama tersebut.

“Banyak politisi yang sedang maju Pemilu menggelar kegiatan dakwah dan shalawat. Tujuan utamanya bisa jadi bukan berkhalwat, tapi untuk kampanye. Ini juga tak kalah salah kaprah ya,” tandasnya.

Situasi ini juga menurut Habib Syakur akan mendistorsi kesaralan sebuah kegiatan shalawatan dan majelis dzikir. Bagaimana sebuah kegiatan tersebut seharusnya bisa semakin mendekatkan diri kepada Tuhan dan mencintai Islam, malah hanya jadi bahan komoditas politik semata.

“Menikmati politisasi identitas dibalut dengan majelis sholawat ini juga memalukan menurut saya. Apalagi jika tidak dibarengi dengan edukasi politik yang baik, hanya sekadar seruan untuk memilih si Fulan atau siapa pun,” tukas Habib Syakur.

Oleh sebab itu, ia berharap harapannya ini dapat didengar oleh para pemangku kekuasaan. Sebab situasi ini harus segera disikapi dengan serius, sebelum Islam dianggapnya akan semakin jauh dari esensinya di mata umat dan masyarakat.

“Ketika politik sudah menyusup ke majelis agama, ketika umpatan dan kata-kata tidak sopan menjadi bahan lawakan semata, lalu masyarakat akan melihat majelis shalawat sudah tidak sakral lagi untuk dijaga marwahnya, maka Islam akan semakin dekat dengan keasingannya,” pungkasnya.

Temukan kami di Google News, dan jangan lupa klik logo bintang untuk dapatkan update berita terbaru. Silakan follow juga WhatsApp Channnel untuk dapatkan 10 berita pilihan setiap hari dari tim redaksi.

Berita Terkait

Berita Lainnya

Selamat Bekerja Prabowo Subianto

Berita Terbaru

Viral

Enable Notifications OK No thanks