JAKARTA – Presiden Suriah Bashar al-Assad baru saja dilengserkan dan membeirkan era baru yang bersejarah untuk seluruh masyarakat Suriah. Meski demikian, negara-negara internasional masih tak yakin dan cenderung khawatir dengan nasib pemerintahan Suriah di masa depan.
Duta Besar Rusia PBB mengatakan bahwa para anggota dewan PBB akan terus menyaksikan dan mengevaluasi perkembangan pemerintahan Suriah.
“Semua orang terkejut, semua orang, termasuk para anggota dewan. Jadi kita harus menunggu dan melihat dan menonton, dan mengevaluasi bagaimana situasi berkembang,” kata Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, dikutip Holopis.com, Selasa (10/12).
Sebagai informasi, Rusia memang memiliki peran besar dalam membantu Bashar al-Assad dalam menangani kelompok pemberontak di Suriah.
Bahkan, Bashar al-Ashad melarikan diri ke Rusia setelah ia digulingkan. Ia melarikan diri dari Damaskus ke Moskow dan sekaligus mengakhiri 50 tahun pemerintahan yang ia dan keluarganya lakukan.
Era Baru untuk Suriah
Kepala Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Abu Mohammed al-Golani mengatakan bahwa ini merupakan kemenangan yang bersejarah untuk seluruh masyarakat di Suriah.
“Sebuah sejarah baru, saudara-saudaraku, sedang ditulis di seluruh wilayah setelah kemenangan besar ini,” demikian disampaikan oleh Abu Mohammed al-Golani.
Perjuangan yang dilakukan oleh para pemberontah tersebut pun membuat Bashar ditumbangkan dan melarikan diri ke Rusia. Kelompok terus dipelopori oleh HTS yang merupakan mantan afiliasi al-Qaeda.
Hal ini dinilai sebagai titik balik terbesar untuk wilayah Timur Tengah selama beberapa generasi belakangan ini.
Sementara itu, dunia internasional menyambut dengan sangat baik berakhirnya pemerintahan Assad.
Kelompok Pemberontak Butuh Banyak PR untuk Bangun Kembali Suriah
Jatuhnya presiden Bashar al-Assad dinilai akan membatasi kemampuan Iran dalam menyebarkan senjata untuk para sekutunya. Hal ini dinilai dapat merugikan pangkalan angkatan laut Rusia.
Di sisi lain, meskipun berhasil menggulingkan Bashar al-Assad sesuai dengan tujuan mereka, para anggota pemberontak masih harus dihadapi tugas yang besar dalam membangun kembali negara Suriah setelah perang.
Kondisi tak stabil dari negara itu telah menyebabkan ratusan ribu orang meninggal dunia, serta kota-kota hancur menjadi debu. Perekonomian mereka juga terpuruk akibat sanksi global.
Suriah diprediksi akan membutuhkan yang sebesar miliaran dolar, untuk membangun lagi negara mereka dari berpuluh-puluh tahun keruntuhan.