Gerindra Merasa Terhormat Jika Jokowi Bergabung

JAKARTA – Partai Gerindra menegaskan bahwa pihaknya sangat terbuka dengan kehadiran Jokowi (Joko Widodo) menjadi kader partainya.

Hal itu menyusul keputusan PDIP yang mengklaim telah memecat Jokowi bersama keluarganya sebagai kader setelah sekian lama menggantung.

Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani bahkan menyebut, pihaknya merasa sangat terhormat jika Jokowi akhirnya memilih partainya untuk menjadi tempatnya bernaung.

“Jika beliau mau bergabung, tentu bagi kami kehormatan yang amat besar karena itu kami merasa mendapatkan kehormatan,” kata Muzani di Jakarta pada Senin (9/12).

Muzani menganggap, tokoh sekaliber Jokowi sebagai seorang mantan Presiden RI yang berjasa dan ketokohan yang diakui semua kalangan. Kendati demikian, Muzani menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada Jokowi untuk memutuskan.

“Tetapi kan akhirnya terpulang kepada beliau semua, dan kami akan kongres nanti di bulan Februari 2025,” ujarnya.

Meski demikian, dia mengatakan bahwa saat Jokowi memenuhi undangan makan malam di kediaman pribadi Presiden RI Prabowo Subianto, Jakarta, Jumat (6/12) malam, pihaknya belum menyampaikan tawaran spesifik kepada Jokowi untuk bergabung ke Partai Gerindra.

“Ya, secara spesifik enggak. Cuma prinsipnya kan kalau Gerindra adalah partai terbuka,” ucapnya.

Dia menjelaskan pertemuan Jokowi dengan Prabowo tersebut merupakan kunjungan balasan dari lawatan Prabowo menemui Jokowi ke Solo, Jawa Tengah, Minggu (3/11).

“Itu kan dalam tradisi silahturahmi sesuatu yang biasa. Kunjung mengunjungi, balas membalas atas silahturahmi itu biasa. Pak Jokowi merasa Pak Prabowo sudah mengunjungi beliau di Solo, maka Pak Jokowi merasa juga harus membalas atas silahturahmi Pak Prabowo ke Solo,” tuturnya.

Dia mengatakan sebagai silaturahmi biasa maka pembicaraan di dalamnya hanya berupa percakapan ringan.

“Apa yang dibicarakan, yang ringan-ringan yang enteng-enteng,” kata dia.

Sebelumnya diberitakan, Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto menegaskan bahwa status kader Joko Widodo dan keluarganya tak lagi tercatat di partainya.

Hal ini semenjak PDIP berseteru dengan Jokowi, serta sikap berbeda Presiden ke 7 Republik Indonesia tersebut dari sikap politik partai, baik dalam Pilpres, Pileg maupun Pilkada 2024.

“Saya tegaskan kembali, bahwa Pak Jokowi dan keluarga sudah tidak lagi menjadi bagian dari PDIP,” kata Hasto di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (4/12).

Di mana dalam Pilpres 2024, Jokowi kecenderungan memiliki keberpihakan pada pencalonan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka. Sementara saat yang bersamaan, PDIP mengusung pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.

Kemudian dalam Pilkada 2024, Jokowi juga cenderung mendukung calon-calon yang tidak didukung oleh PDIP. Sebut saja Pilgub Jakarta yang lebih mendukung pasangan Ridwan Kamil – Suswono ketimbang Pramono Anung Wibowo – Rano Karno.

Kemudian di Jawa Tengah sebagai kandang banteng, Jokowi cenderung mendukung pencalonan Ahmad Luthfi dan Taj Yasin Maimoen ketimbang Andika Perkasa – Hendrar Prihadi yang jelas diusung oleh partai tunggal, yakni PDI Perjuangan.

Dengan demikian, Jokowi dianggap sudah tidak lagi sejalan dengan PDIP dan semua perjuangan politik yang diputuskan oleh partai berlambang banteng moncong putih tersebut.

“Sudah tidak lagi sejalan di dalam pembicaraan dan praktik-praktik politiknya,” tegas Hasto.

Temukan kami di Google News, dan jangan lupa klik logo bintang untuk dapatkan update berita terbaru. Silakan follow juga WhatsApp Channnel untuk dapatkan 10 berita pilihan setiap hari dari tim redaksi.

Berita Lainnya

Presiden Republik Indonesia

BERITA TERBARU

Viral