JAKARTA – Ketua Umum Forum Alumni Badan Eksekutif Mahasiswa (FABEM), Zainuddin Arsyad memberikan kritikan atas perkataan rakyat jelata yang dilontarkan oleh juru bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan, Adita Irawati.
Zainuddin mengatakan, bahwa memang tidak ada yang salah dari diksi “Rakyat Jelata” yang sempat dilontarkan oleh Adita Irawati, namun menurutnya kurang bersahaja di saat Presiden Prabowo Subianto begitu harmoni dengan masyarakat.
“Pidato Bapak Prabowo tidak pernah berkata rakyat jelata, namun senantiasa menyematkan kata saudara untuk rakyat dan masyarakat dari semua lapisan dengan nada yang bersahaja ketika menyentuh lapisan masyarakat paling bawah,” kata Zainnudin dalam keterangan tertulisnya yang diterima Holopis.com, Jumat (6/12).
Ia juga menyebut bahwa pada saat pidato pelantikan di gedung DPR/MPR RI 20 November 2024 lalu, Presiden Prabowo menyebut kata “saudara” sebanyak 98 kali. Di mana kata Saudara ditujukan Prabowo kepada semua kalangan anak bangsa dari Wakil presiden RI, pejabat negara, pimpinan partai politik, pesaing kontestasi pilpres, cendikiawan, ulama, pemuda, mahasiswa maupun insan pers.
“Bahkan rakyat kecil dan paling miskin sekali pun juga dipanggil saudara oleh Bapak Presiden Prabowo, jika dihitung jumlah panggilan saudara itu terbanyak justru dari kalangan masyarakat biasa bukan pejabat pemerintah atau pimpinan partai politik,” ungkapnya.
Dijelaskannya dalam sambutan pada saat Tanwir Muhammadiayah, pertama-tama ia memuji tokoh Muhammadiyah sebagai pendiri TNI, bahwa panglima besar TNI yang pertama adalah seorang Kepala sekolah SMA Muhammadiyah Purwokerto. Berarti pengaruh Muhammadiyah juga selain dakwah tapi juga menanamkan patriotisme, semangat cinta tanah air, dan melahirkan pemimpin-pemimpin yang luar biasa. Prabowo memuji semua kalangan dari Pejabat, Pimpinan Muhammadiyah hingga struktur bawah bahkan Bapak Presiden Prabowo merendah dan berterimakasih.
“Saya ingin mengatakan, bukan pengurus Muhammadiyah yang harus terima kasih saya hadir, saya yang terima kasih karena saya merasa, saya merasa tidak hanya kehormatan, tapi saya merasa penting bagi saya untuk bisa bicara kepada tokoh-tokoh Muhammadiyah, kepada para guru, kepada para ustaz, kepada para ulama. Ustaz, guru, ulama adalah pendidik bangsa, adalah panutan rakyat, panutan masyarakat,” kata Zainnudin mengutif ungkap Prabowo Subianto dalam acara tersebut.
Dari dua konteks pidato Prabowo tersebut, Zainuddin ingin mengatakan bahwa Presiden Republik Indonesia ke 8 tersebut sedang ingin mengajarkan kepada semua pihak bagaimana menghormati orang lain.
“Dari dua pidato yang kita dengarkan betapa beretikanya beliau sebagai pemimpin terhadap rakyatnya, sesuai yang diamanatkan Pancasila,” bebernya.
Kata Zainuddin, seorang pejabat negara sudah seharusnya memahami karakter kepemimpinan Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, baik secara kata maupun perbuatan agar dapat menjalankan roda pemerintahan secara hirarki dan terbangun rasa harmonisasi dengan masyarakat luas.
“Pentingnya pejabat negara mengamalkan nilai-nilai pancasila yang luhur berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa sehingga setiap kerangka kerjanya dapat dipertanggungjawabkan bukan hanya kepada atasan namun juga kepada Sang Pencipta yaitu Allah SWT,” pungkasnya.