JAKARTA – Bank Indonesia (BI) meminta investor untuk tetap tenang di tengah tingginya ketidakpastian global yang mengguncang pasar keuangan, pasca Pilpres Amerika Serikat (AS) yang dimenangkan oleh Donald Trump.
BI memastikan, pasokan mata uang Dolar AS masih terbilang cukup untuk memenuhi kebutuhan, termasuk untuk mengintervensi dan menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah.
“Keberadaan kecukupan dolar AS masih cukup,” ungkap Deputi Gubernur BI, Destry Damayanti dalam konferensi pers, Rabu (20/11), yang dikutip Holopis.com.
Kecukupan dolar AS, kata Destry, bisa dilihat dari posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2024 tercatat tinggi sebesar 151,2 miliar dolar AS.
Angka itusetara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional yang sekitar 3 bulan impor.
Di samping itu, realisasi SRBI, SVBI, dan SUVBI masing-masing tercatat sebesar Rp 968,82 triliun, US$ 3,39 miliar, dan US$ 387 juta per 18 November 2024. “SVBI tercatat kenaikan signifikan,” jelasnya.
Pelemahan rupiah, menurut Destry merupakan dampak dari situasi global, khususnya AS. Sebab, penguatan AS berdampak kepada hampir seluruh mata uang dunia. Utungnya, Rupiah masih tak separah mata uang negara lain.
Dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2023 maka rupiah hanya mengalami depresiasi sebesar 2,74 persen. Jauh lebih baik dibandingkan dengan Dolar Taiwan, Peso Filipina dan Won Korea dengan kisaran 5-7%
“Secara fundamental sih kami cukup confidence dan kami harap ini tentu temporary dan makanya BI akan terus di market beri confidence di pasar,” terang Destry.