Holopis.com SURABAYA – Debat ketiga Pilgub Jawa Timur (Jatim) 2024 yang berlangsung pada Senin (18/11) malam kemarin berlangsung panas, dimana para pasangan calon (paslon) saling serang untuk mendapat simpati masyarakat Jatim.

Dalam debat pamungkas itu, Calon Gubernur Jawa Timur (Jatim) nomor urut 1, Luluk Nur Hamidah mencoba menyerang paslon nomor urut 2 Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak mengenai pengelolaan sampah oleh pemerintah provinsi (pemprov) Jatim yang dinilai gagal.

“Kalau kita lihat sistem informasi pengelolaan sampah nasional yang mengatakan bahwa Jatim ini produksi sampah begitu besar 5-6 juta ton tapi hanya memiliki kemampuan (pengelolaan) 2,6 juta per tahun,” kata Luluk, yang dikutip Holopis.com, Selasa (19/11).

“Berarti gagal Pemprov Jatim untuk meng-encourage (mendorong) yang terkait pengolaan sampah,” sambungnya.

Luluk mengatakan, bahwa pengelolaan sampah menjadi menjadi energi menjadi hal yang penting, agar bermanfaat bagi masyarakat. Ia juga menekankan perlunya digitalisasi pengelolaan sampah.

“Oleh karena itu, kita harus memastikan sampah, waste to energy. Bagaimana mengolah sampah menjadi energi. Yang kedua pengelolaan itu menjadi digitalisasi pengelolaan sampah,” ungkapnya.

Menanggapi hal tersebut, Khofifah yang merupakan calon petahana menyebut, bahwa jumlah sampah yang berhasil diolah sebanyak 3,8 juta ton.

“Saya ingin menyampaikan kepada kita semua bahwa hari ini ada kemampuan seluruh elemen di seluruh Jatim, 3,8 juta ton sampah bisa kita kelola,” tuturnya.

Tak cuma itu, Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) itu juga menyebut ada 5.103 bank sampah di Jatim. Serta ada pula 351 tempat pembuangan sampah yang sudah masuk dalam kategori 3R (reduce, reuse, dan recycle).

“Ada 241 rumah kompos di Jatim dan 2.377 TPS. Dan hari ini ada 50 TPA, yang sudah menjadi sanitary landfill kerja sama dengan sangat banyak negara di dunia,” katanya.

Sementara itu terkait pengelolaan sampah, Calon Gubernur Nomor Urut 3, Tri Rismaharini lebih menekankan pentingnya pengelolaan sampah sejak di level rumah tangga. Ia mengaku akan mendorong masyarakat memilah sampah kering dan basah.

“Karena sebetulnya sampah sangat bermanfaat. Kalau kita bisa memisahkan antara sampah kering dan basah. Itu punya nilai terutama dari sisi keuangan,” pungkasnya.