Holopis.com KALIMANTAN BARAT – Kegiatan dialog kebangsaan dan sosialisasi pembubaran dari eks Jamaah Islamiyah terus dilakukan, kali ini diselenggarakan do Kalimantan Barat (Kalbar).

Dalam kesempatannya, mantan petinggi Jamaah Islamiyah Ustadz Bambang Sukirno menyampaikan bahwa kehadiran mereka di Kalbar adalah bentuk keseriusan para petinggi JI untuk membubarkan seluruh organisasinya di Indonesia.

“Seperti yang sudah kita ketahui bahwa pada tanggal 30 Juni 2024, JI telah dibubarkan oleh para sesepuh dan pendiri JI. Maka malam ini untuk menguatkan ihwan semua akan diberikan penjelasan dengan dasar ilmu,” kata Bambang Sukirno, Jumat (15/11) seperti dikutip Holopis.com.

Ia bersyukur bahwa kegiatan pembubaran ini justru memiliki nilai yang baik. Salah satunya adalah memperkenalkan para anggota JI di Kalbar dengan para petingginya. Sebaba kata dia, sepanjang ini banyak anggota jamaahnya yang ternyata tidak saling kenal.

“Ihwan eks JI sekarang bahagia saudaranya banyak, yang dulu antar anggota tidak saling kenal setelah, dibubarkan bisa saling mengenal,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, pendiri Jamaah Islamiyah Abu Rusydan pun menjelaskan bahwa pembubaran organisasinya itu bukan tanpa paksaan, melainkan atas dasar keilmuan.

“Perlu dipahami bahwa Presiden kita itu muslim, tidak sepatutnya kita melakukan pemberontakan di NKRI,” kata Abu Rusydan.

Bahkan jika menelaan penjelasan dari almarhum Osama bin Laden, ternyata diketahui seorang pendiri Jamaah Alqaeda pun sepemikiran dengannya. Bahwa negara di mana umat Islam berpijak tidak boleh dijadikan musuh, apalagi pemerintahnya juga mayoritas muslim.

“Yang disampaikan Osama bin Laden sebagai teroris yang paling dicari Amerika Serikat, beliau menyatakan bahwa negeri-negeri dimana kita tinggal itu bukan musuh kita. Karena Presiden kita itu Presiden muslim,” tegasnya.

Masih dalam kesempatan yang sama, mantan amir Jamaah Islamiyah yani Ustadz Para Wijayanto memberikan paparannya soal alasan mengapa organisasinya itu perlu dibubarkan. Salah satunya adalah paham takfiri.

“Alasan kita membubarkan Jamaah al Islamiyah yaitu At Tatoruf, adapun ciri-ciri At Tatoruf adalah adanya sikap qulu atau belebih-lebihan dalam takfir,” kata Para Wijayanto.

Kemudian ada juga Al Irgam, yakni dipahami sebagai teror dan menakuti masyarakat tak berdosa dengan ledakan bom.

“Al Irham yaitu bikin teror bom dan rasa takut kepada masyarakat,” jelasnya.

Selanjutnya adalah tindakan radikalis yang bertolak belakang dengan syariat Islam. “Tindakan radikal yaitu kegiatan yang ingin merubah sistem yang sudah berjalan atau ideologi,” lanjutnya.

Dan yang terakhir adalah kekerasan yang jelas tidak dibenarkan dalam syariat Islam. Oleh sebab itu, Ustadz Para Wijayanto menegaskan bahwa alasan pembubaran Jamaah Islamiyah memang didasari oleh keilmuan.

“Al Anqu yaitu aksi kekerasan. Contoh aksi mutilasi siswi di Poso,” paparnya.

Respons Positif Aparat

Dalam kegiatan sosialisasi pembubaran Jamaah Islamiyah sekaligus dialog kebangsaan yang diselenggarakan oleh para eks petinggi Jamaah Islamiyah mendapatkan respons positif dari Kepolisian.

Salah satunya dari Kasatgaswil Kalimantan Timur, Kombes Pol Dasuki Herlambang. Ia menilai bahwa sosialisasi pembubaran ini akan berdampak pada keamanan negara.

“Saya harap dengan adanya forum diskusi ini bisa menjadi titik balik untuk kita semua, bahwa apa yang sudah kita lalui selama ini dapat berhenti di sini, dan keseriusan rekan rekan untuk kembali ke pangkuan NKRI biar waktu yang menjawabnya,” kata Dasuki.

Di sisi lain, ia juga mengatakan bahwa Densus 88 Anti Teror akan terbantu dengan pembubaran Jamaah Islamiyah, di mana mereka akan fokus pada pencegahan terhadap paham ekstremis yang bisa saja masih menyasar masyarakat.

“Ke depannya nanti, Densus 88 AT Polri akan fokus pada upaya pencegahan dalam menekan potensi ekstremisme dan terorisme,” pungkasnya.