Holopis.com HOLOPIS.COM, JAKARTA – Program makan bergizi gratis yang diinisasi oleh Presiden Prabowo Subianto mendapatkan pujian dari Presiden Amerika Serikat Joe Biden.

Joe Biden dalam pertemuan dengan Presiden Prabowo Subianto pada Selasa (12/11) pun menyatakan kesiapan dukungan pemerintahnya terhadap program makan bergizi gratis.

“Presiden Biden juga menyatakan dukungannya terhadap program nasional Indonesia untuk menyediakan makanan bergizi dan sehat bagi anak sekolah dan ibu hamil,” tulis pernyataan Gedung Putih seperti dikutip Holopis.com, Rabu (13/11).

Dalam pertemuan bilateral itu kemudian juga membuahkan peningkatan kerja sama kesehatan guna memajukan penelitian klinis, tujuan kesehatan masyarakat, dan sistem kesehatan untuk mengatasi kondisi kesehatan baru dan kronis, serta penyakit menular, termasuk tuberkulosis.

Kedua pemimpin juga menyambut baik penandatanganan Nota Kesepahaman mengenai kesehatan antara Indonesia dan Amerika Serikat di masa depan. Upaya ini menggarisbawahi komitmen teguh kedua negara untuk berkolaborasi guna mewujudkan tujuan transformasi kesehatan Indonesia.

Sementara itu dalam hal upaya membangun hubungan antar-masyarakat yang kuat, Presiden Biden dan Presiden Prabowo Subianto menggarisbawahi rencana mereka untuk memperdalam kerja sama di bidang pendidikan, penelitian, dan pengembangan.

Kedua pemimpin bahkan mengumumkan pembukaan American Corner baru di Makassar pada tahun 2025. Kedua pemimpin juga menyambut baik kerja sama lebih lanjut untuk mempromosikan bidang sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika (STEAM), pendidikan bahasa, dan kolaborasi kewirausahaan, dengan fokus pada perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas.

Lebih jauh, kedua Kepala Negara menekankan pentingnya mengakui dan menghormati warisan budaya masing-masing, yang berfungsi sebagai jembatan yang sangat berharga dalam membina hubungan antar-masyarakat yang lebih kuat.

Presiden Subianto memuji Amerika Serikat atas dukungannya terhadap perlindungan warisan budaya Indonesia dari meningkatnya ancaman perdagangan gelap, termasuk repatriasi artefak Indonesia yang disimpan di Amerika.

Para pemimpin juga memuji proyek baru Dana Duta Besar AS untuk Pelestarian Budaya yang membantu museum-museum di Indonesia membangun sistem dokumentasi baru dan meningkatkan kesiapsiagaan darurat.