HOLOPIS.COM, JAKARTA – Dalam rangka peringatan Hari Sumpah Pemuda, Indonesia kedatangan tamu internasional dari dunia pendidikan, yaitu Rektor University of California, Berkeley, Rich Lyons.
Saat mengunjungi tanah air, Rich Lyons menghadiri acara jamuan makan malam atau gala dinner, yang diadakan di Plataran Hutan GBK, Jakarta. Pada 28 Oktober 2024 silam. Acara ini diadakan oleh Berkeley Club of Indonesia, yaitu perkumpulan alumni University of California, Berkeley di Indonesia.
Terpantau Holopis.com, Rektor ke-12 salah satu universitas terbaik di dunia itu mengatakan bahwa kedatangannya ke Indonesia merupakan kunjungan luar negeri pertama yang ia lakukan setelah menjadi Rektor University of California, Berkeley.
Ini juga menjadi momen yang spesial untuk Indonesia. Pasalnya, kunjungan terakhir Rektor UC Berkeley ke Indonesia dilakukan hampir 20 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2006.
Dalam suasana gala dinner yang prestisius dan penuh dengan tamu-tamu yang intelektual, hadir juga para alumni senior Berkeley Indonesia seperti Prof. Emil Salim, Prof. Todung Mulya Lubis, Prof. Bambang Susantono, Dr. Yozua Makes, Supramu Santosa, Harun Hajadi, Karuna Murdaya dan nama-nama besar lainnya.
Indonesia Sebagai Hotspot Dinamis
Sementara itu, Presiden Berkeley Club of Indonesia, Freddy Samad, menyampaikan jika kedatangan Rich Lyons ke Indonesia memberi pesan bahwa Indonesia adalah hotspot dinamis yang memiliki potensi tinggi bagi UC Berkeley untuk mempelajari lebih lanjut sinergi yg dapat dilakukan di Indonesia.
Berkeley Club of Indonesia sebagai wadah resmi alumni UC Berkeley di Indonesia juga diharapkan dapat menjadi partner strategis bagi sinergi dan kolaborasi UC Berkeley dengan berbagai pihak di Indonesia.
Rich Lyons Kunjungi Mendiktisaintek
Dalam kunjungan Rich Lyons di Indonesia, ia juga menjumpai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Satryo Soemantri Brodjonegoro di Kemdiktisaintek pada 30 Oktober silam.
Ini adalah upaya dari kedua pihak agar semakin gencar berkolaborasi dalam dunia pendidikan khususnya teknologi.
Satryo mengatakan, ia berharap jumlah mahasiswa Indonesia yang melanjutkan studinya di Berkeley bisa bertambah. Apalagi saat ini, Indonesia masuk dalam peringkat keenam tertinggi mahasiswa yang menempuh pendidikan di Berkeley.
“Saya berharap jumlah siswa yang melanjutkan pendidikannya di Berkeley akan bertambah,” ujar Satryo dalam pernyataannya, dikutip Holopis.com.
Dalam diskusi tersebut, topik yang diangkat mencakup pengembangan program pertukaran mahasiswa, penelitian kolaboratif, serta kemitraan antara sektor publik dan swasta untuk mendukung transformasi teknologi bagi masyarakat. Satryo dan Lyons menegaskan komitmen mereka dalam membangun ekonomi berbasis pengetahuan di Indonesia, di mana riset dapat menghasilkan solusi konkret dan dampak yang positif.