Seorang santri kalong, sebut saja Kemin, ngedumel dan nggerundel tidak karuan melihat fakta bahwa kiai panutannya tetiba melakukan ijtihad politik yang tidak lazim. Dengan dalih mencari pemimpin yang sudah ‘mentas’ (Jawa: selesai secara ekonomi) dan dipandang “qawiyyun-amin“, sejak 2019 sang kiai menjadi marketing sekaligus juru kampanye, konsultan politik dan penasehat spiritual dari ‘bakul iwak’ untuk maju menjadi bupati dalam Pilkada Jepara.
Kemin kemudian berijtihad dan mengambil sikap vis-a-vis melawan sikap politik kiai tersebut dengan berdasarkan ayat yang ada di Surat Yusuf, “Inii hafiidzun ‘aliim“. Pemimpin harus orang bisa menjaga dan pandai.
Gerakan perlawanan Kemin dilakukan secara senyap, fokus, terarah, terencana dan terukur. Mirip gerakan kontra-intelijen dalam cipta kondisi, sebagaimana misi dakwah Nabi secara sembunyi-sembunyi di awal turunnya wahyu.
Dengan modal nekad, Kemin mendatangi satu persatu imam musholla, kiai kampung, guru ngaji dan ustadz madrasah diniyyah untuk memperkuat barisan para Kemin. Istilah kerennya, Kemin sedang melakukan “canvasing” sebagai bentuk khidmah “Santri nDalem Guse”.
Kemin juga rajin menggalang dukungan suara dari golongan rakyat jelata sesama Kemin, golongan mustad’afin, barisan kere-kere, telo-telo dan kaum proletar lainnya. Semacam radikalisasi petani dalam kumpulan esai Dr. Kuntowijoyo.
Penggalangan massa yang dilakukan Kemin melawan “Setan Desa” seolah menggambarkan perlawanan “kawula alit” terhadap “kaum elite” yang didukung oleh tokoh agama, pengusaha kaya dan jaringan mafia bawah tanah yang dibekingi oknum aparat.
Kredo perlawanan buruh yang digaungkan oleh Wiji Thukul, “Hanya Satu Kata, Lawan!!!” seakan membakar semangat perlawanan kaum tertindas dan kaum dhuafa. Kemin Bersatu, tak mudah dikalahkan.
Spiritualitas Syaiful Anam atau Karewox yang mengatakan “Jepara Sedang Tidak Baik-Baik Saja, Jangan Biarkan Jadi Sarang Karaoke++, Narkoba, Judi dan Miras” dan “Siappp, ber-Amar Ma’ruf Nahi Munkar untuk Jepara”, membuat Kemin makin gencar melakukan agitasi dan propaganda. Tagar #JeparaWani milik Karewok juga memberikan inspirasi kepada Kemin.
Kalau Karewok saja berani melakukan jihad politik dengan membuat kampanye melalui baliho, maka sebagai santri kalong Kemin harus menemukan jati diri kesantriannya. “Katakan yang benar, walau itu pahit”.
Kemin-kemin harus kembali saling mengingatkan, saling berwasiat untuk kebenaran dan berwasiat dengan kesabaran. “Tawaashaw bil haqqi wa tawaashaw bis-shabri”.
Jihad politik atau jihad bis-siyaasah merupakan cara paling efektif untuk melawan penyakit masyarakat (Pekat).
Jihad memilih pemimpin yang berani menegakkan peraturan daerah (Perda) Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2013 tertanggal 30 Mei 2013 tentang larangan minuman beralkohol, perlu didasari dengan pemahaman yang benar tentang syariat dan hukum Islam / Fiqh. “Qaliiluhu wa katsiruhu haramun”.
Peredaran judi togel yang sudah merambah setiap sudut desa, maraknya judi-online serta peredaran narkoba membuat Kemin resah dan mengkhawatirkan generasi muda dan anak-anak. Diperlukan kesadaran bersama (common-sense) untuk berbuat yang terbaik dengan menjadikan pekat sebagai common-enemy.
Ijtihad politik yang dilakukan Kemin tentu saja mengandung risiko yang tidak ringan. Kiranya ikhtiar politik yang dilakukan Kemin diberikan jalan terang dan kemenangan. “Wa Qul Ja’al Haqqu Wa Zahaqal Baathilu, Innal Bathila Kaana Zahuuqan”.
Penulis adalah bekas sekretaris Pimpinan Cabang Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (LAKPESDAM) Nahdlatul Ulama Kabupaten Jepara 2000-2003.