HOLOPIS.COM, JAKARTA – Sri Mulyani Indrawati akan mencatatkan sejarah baru. Pasalnya jika ia kembali ditunjuk Presiden Terpilih Prabowo Subianto sebagai Menteri Keuangan (Menkeu), maka ia akan menjadi Menkeu di era 3 Presiden.
Sebagai informasi, Presiden Terpilih Prabowo Subianto telah memanggil dan meminta Sri Mulyani untuk kembali menjabat sebagai Bendahara Negara di pemerintahannya mendatang.
Adapun saat ini, Sri Mulyani merupakan Menkeu di pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ia menjabat Menkeu di pemerintahan Jokowi sejak 2016, menggantikan Menkeu sebelumnya, yakni Bambang Brodjonegoro.
Namun jauh sebelum menjadi Mnekeu di Kabinet Jokowi, Sri Mulyani pernah menjadi Menkeu di era pemerintahan Presiden keenam, yakni Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada periode 2005-2010.
Kini, Presiden Terpilih Prabowo Subianto sudah meminta Sri Mulyani untuk kembali menjabat Menkeu lagi di pemerintahannya nanti, setelah ia resmi dilantik sebagai Presiden RI pada 20 Oktober 2024 mendatang.
“Jadi kita diskusi cukup lama dan panjang ya selama ini dengan beliau (Prabowo) oleh karena itu pada saat untuk pembentukan kabinet beliau meminta saya untuk menjadi menteri keuangan kembali,” ujar Sri Mulyani usai bertemu Prabowo di Kertanegara, Senin (14/10).
Dengan demikian, Sri Mulyani menjadi menteri keuangan di 3 Presiden yakni Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Presiden Jokowi dan Presiden Prabowo Subianto. Jika menilik sejarah, tidak ada menteri keuangan yang menjabat di era 3 Presiden sebelumnya.
Profil Sri Mulyani Indrawati
Sri Mulyani Indrawati merupakan wanita kelahiran Lampung, 26 Agustus 1962. Dalam pemerintahan Indonesia, wanita yang akrab disapa Ani itu dikenal sebagai sosok yang memiliki jam terbang tinggi.
Sebab selain Menkeu, ia juga pernah menjabat sebagai menteri perencanaan pembangunan nasional/kepala Bappenas (2004 – 2005) dan Plt. menteri koordinator bidang perekonomian (2009 – 2009) di era pemerintahan SBY.
Dia bahkan sempat berkarier di World Bank alias Bank Dunia pada tahun 2010 – 2016. Tak tanggung-tanggung, jabatannya saat itu adalah Direktur Pelaksana Bank Dunia.
Sri Mulyani sendiri merupakan Sarjana Ekonomi dari Universitas Indonesia pada tahun 1986 silam, dan melanjutkan sekolahnya di University of Illinois at Urbana Champaign, Amerika Serikat, dan mendapatkan gelar Master of Science of Policy Economics pada 1990. Setelah itu, dia mendapatkan gelar Ph.D. in Economics pada 1992.
Sebelum terjun ke pemerintahan, Sri Mulyani merupakan spesialis penelitian keuangan publik, kebijakan fiskal, dan ekonomi tenaga kerja. Dirinya menjabat sebagai Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI) sejak Juni 1998.
Mulai 2002, Sri Mulyani terpilih menjadi Executive Director pada International Monetary Fund (IMF) mewakili 12 negara di Asia Tenggara (South East Asia/SEA Group).
Dia sempat menyabet sejumlah penghargaan bergengsi dalam hal perbendaharaan negara, sebut saja gelar menteri keuangan terbaik Asia 2006 yang diberikan Emerging Markets Forum pada 18 September 2006 di IMF-World Bank Group Annual Meetings di Singapura.
Sri Mulyani juga terpilih sebagai wanita paling berpengaruh ke-23 di dunia versi majalah Forbes pada 2008. Lalu, penghargaan menteri terbaik sedunia diraih Sri Mulyani pada 2018 versi World Government Summit.
Dia juga kembali dinobatkan sebagai menteri keuangan terbaik di Asia Pasifik versi majalah keuangan FinanceAsia pada 2019. Penghargaan ini diperoleh tiga tahun berturut-turut setelah sebelumnya diperoleh pada 2017 dan 2018.
Pada Oktober 2020, Global Markets memilihnya menjadi “Finance Minister of the Year – East Asia Pacific, merupakan penghargaan atas upaya penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia.
Terbaru, dalam laporan Forbes pada 11 Januari 2023, nama Sri Mulyani masuk dalam daftar Forbes tersebut karena pencapaiannya di masa jabatan pertama pada periode 2005-2010.
Kala itu, devisa Indonesia mencapai rekor tertinggi sepanjang masa sebesar US$50 miliar, mengurangi utang publik hingga 30 persen dari PDB.