Holopis.com HOLOPIS.COM, SUMUT – Bencana banjir melanda Kota Tebing Tinggi, Provinsi Sumatera Utara hingga menyebabkan adanya korban jiwa.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan, bencana terjadi akibat luapan Sungai Padang, Bahilang, Sibarau, dan Sei Kelembah.

“Satu korban dilaporkan hanyut dan masih dalam proses pencarian,” kata Abdul Muhari dalam keterangan tertulisnya yang dikutip Holopis.com, Minggu (13/10).

Abdul tidak menjelaskan lebih lanjut identitas warga yang terseret banjir tersebut. Abdul kemudian hanya menjelaskan banjir yang sudah terjadi sejak beberapa hari lalu itu melanda setidaknya di lima kecamatan.

Adapun kecamatan yang terdampak banjir meliputi Kecamatan Rambutan, yang terdiri dari Kelurahan Sri Padang, Tanjung Marulak, Karya Jaya, dan Tanjung Marulak Hilir. Selain itu, Kecamatan Tebing Tinggi Kota mencakup Kelurahan Tebing Tinggi Lama, Badak Bejuang, Bandar Utama, Mandailing, Pasar Baru, dan Pasar Gambir. Kecamatan Bajenis juga terdampak, termasuk Kelurahan Brohol, Bandar Sakti, Bulian, Teluk Karang, dan Pinang Mancung. Di Kecamatan Padang Hulu terdapat Kelurahan Pabatu dan Bandar Sono, sedangkan Kecamatan Padang Hilir meliputi Kelurahan Tambangan Hulu.

“Hingga kini, debit air di Sungai Padang dan Sungai Bahilang telah mulai menurun, namun BPBD dan instansi terkait terus memantau perkembangan situasi di lapangan,” jelasnya.

Abdul turut menjelaskan bahwa banjir telah berdampak pada 3.227 kepala keluarga atau 10.586 jiwa di lima kecamatan. Selain itu, diperkirakan 2.921 unit rumah terdampak dengan tinggi muka air (TMA) mencapai satu meter.

Upaya penanganan yang dilakukan BPBD dan instansi terkait mencakup koordinasi intensif dengan camat, lurah, dan OPD terkait untuk memastikan respons yang efektif.

“Tenda pengungsian telah didirikan di lokasi terdampak, dan distribusi bantuan logistik sedang berlangsung. Di samping itu, pencarian korban hanyut di Sungai Bahilang oleh personel gabungan juga terus dilaksanakan,” tukasnya.

Kendati demikian, Abdul mengakui bahwa antangan utama dalam penanganan darurat ini adalah keterbatasan personel dan transportasi. Oleh karena itu, Abdul menegaskan bahwa pihaknya akan terus memberikan dukungan terhadap upaya pemulihan dan memastikan bahwa bantuan dapat didistribusikan dengan lancar kepada masyarakat yang membutuhkan.