Cara Menjatuhkan Gibran
Jika melihat penolakan semacam itu akhir-akhir ini, Mahfud MD pun memberikan gambaran jalur konstitusional untuk menyikapi kepemimpinan Gibran Rakabuming Raka sebagai Wapres menggantikan KH Ma’ruf Amin.
Langkah tersebut ada dua, yakni ; melalui jalur etik dan pidana. Jika menggunakan jalur etik maka hal itu ia gambarkan sebagai operasi caesar. Sementara ketika menggunakan konteks hukum pidana, maka hal itu sama dengan melalui jalur konstitusi biasa.
Operasi ceasar yang dimaksud Mahfud adalah melalui penggalangan politik di MPR RI. Di mana semua partai politik dan anggota dewan menilai Gibran cacat moral dengan jalur isu Fufufafa tersebut.
“Itu perlu kesepakatan partai politik. Nanti kalau ada itu upaya penjatuhan, kan harus sepertiga dari seluruh anggota MPR itu mengusulkan dulu. Sesudah sepertiga setuju, diundang MPR harus dua pertiga yang hadir. Kalau dua per tiga dari dua pertiga ini setuju ya impeach, jatuh,” terang Mahfud.
Selain pemenuhan intervensi politik seperti yang disebutkan, maka Gibran Rakabuming Raka akan tetap menjadi Wapres mendampingi Prabowo Subianto.
Atau langkah selanjutnya adalah Gibran dengan suka rela mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Wakil Presiden. Menurutnya hal itu bisa saja terjadi karena mengingat gelombang sosial yang semakin besar.
“Kalau gerakan politik menggelombang tentang impeachment, tentu perlu dilakukan itu tidak perlu sampai ke sidang impeachment, tapi konsensus,” jeasnya.
Konsensus ini menurut Mahfud MD ada dua pemahaman. Pertama adalah melakukan impunitas yakni dengan menganggap kasus Fufufafa tidak ada dan semua pihak memaafkan dan melupakan begitu saja. Kedua adalah kesukarelaan Gibran untuk mengundurkan diri.
Namun demikian, yang menjadi catatan Mahfud dalam konteks ini adalah gelombang sosial politik dalam waktu dekat ini. Apakah rakyat akan semakin besar meningkatkan eskalasi penolakannya atau tidak.
“Konsensusnya itu ada dua, satu, udahlah anggap ini tidak ada, rakyat diberi tahu rakyat menerima atau tidak. Atau ndak usah impeachment, (tapi) mundur. Kan bisa seperti dilakukan Pak Harto dulu, dari pada sidang, ramai lalu malah semua tambah jelek, lalu Pak Harto minta saya berhenti saja,” paparnya.