HOLOPIS.COM, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat ke level 7.501,87 pada perdagangan hari ini, Kamis (10/10). Di menit-menit awal berjalan pun, indeks masih bertahan di level ke 7.507,00.
Pada awal perdagangan berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), total terdapat 61 saham yang menguat, 44 saham melemah, dan 836 saham lainnya tidak mengalami perubahan alias stagnan.
Beberapa menit perdagangan berjalan, nilai transaksi perdagangan saham menyentuh angka Rp98,93 miliar, dari volume penjualan yang mencapai 83,15 juta lembar saham.
Seiring dengan penguatan IHSG, indeks LQ45 terpantau naik 0,03 persen ke 931,41, JII melesat 0,17 persen ke 519,90, IDX30 juga tumbuh 0,06 persen ke 479,80, dan MNC36 melesat 0,06 persen ke 365,52.
Sebagian besar sektor indeks berada di zona hijau dengan kenaikan di bawah 1 persen. Sementara sektor yang turun hanya transportasi dan industri.
Tiga saham yang memimpin top gainers antara lain, PT Sekar Bumi Tbk (SKBM) yang terpantau naik 11,34 persen, PT Tempo Intimedia Tbk (TMPO) menguat 8,79 persen, dan PT Natura City Developments Tbk (CITY) melesat 7,61 persen.
Sedangkan tiga top losersnya mencakup PT Mineral Sumberdaya Mandiri Tbk (AKSI) yang turun 9,82 persen, PT Harga Djaya Karya Tbk (MEJA) merosot 9,41 persen, dan PT Manggung Polahraya Tbk (MANG) anjlok 8,04 persen.
Lantas, seperti apa arah pergerakan IHSG pada hari ini?
Analis Phintraco Sekuritas melihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi technical rebound ke kisaran 7550 pada perdagangan di sisa pekan ini, Kamis (10/10).
Analis dari perusahaan efek itu melihat indikator stochastic RSI dan MACD masih cenderung bergerak dalam positive slope.
“Dengan demikian, IHSG diyakini mempertahankan fase konsolidasinya untuk beberapa waktu ke depan,” tulis Analis Phintraco dalam rilis hasil risetnya, yang dikutip Holopis.com, Kamis (10/10).
Terdapat sejumlah sentimen yang bakal mempengaruhi pergerakan pasar saham hari ini, salah satunya kabar mengenai Kementerian Keuangan Tiongkok yang menyiapkan paket stimulus fiskal, dimana nilainya diperkirakan mencapai ¥1-2 triliun di pekan ini.
Melihat pelemahan signifikan SSEC yang sebesar -6.62 persen pada Rabu (9/10) kemarin, pasar nampaknya berharap pada stimulus fiskal yang lebih agresif dari Pemerintah Tiongkok.
Masih dari eksternal, risiko fluktuasi harga komoditas energi juga masih membayangi pasar keuangan. Eskalasi konflik geopolitik di Timur Tengah nampaknya akan ditentukan oleh hasil pertemuan Pemerintah Israel dengan AS yang tengah berlangsung di Washington D.C.
Di tengah memanasnya konflik geopolitik di Timur Tengah, lonjakan harga komoditas energi nampaknya tidak menguntungkan bagi bank-bank sentral yang mengharapkan berlanjutnya tren penurunan inflasi.
Nilai tukar Rupiah pun diperkirakan masih sulit bergerak ke Bawah Rp15,500/USD, yang kemudian membuat spekulasi kenaikan harga BBM subsidi masih akan membayangi untuk beberapa waktu kedepan.