Holopis.com HOLOPIS.COM, JAKARTA – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid memberikan respons singkat atas kasus kekerasan dan premanisme yang dilakukan sejumlah kelompok pemuda di acara diskusi Diaspora Indonesia yang diselenggarakan oleh Forum Tanah Air pada hari Sabtu (28/9) kemarin.

Menurutnya, aksi kekerasa hingga serangan fisik yang dilakukan oknum preman kepada security Hotel Grand Kemang merupakan tindakan yang tidak boleh ditolerir.

“Saya menyayangkan insiden itu. Seharusnya tak perlu terjadi. Tak boleh ada aksi-aksi premanisme,” kata Habib Syakur kepada Holopis.com, Senin (30/9).

Ia mengatakan bahwa setiap warga negara berhak untuk berserikat, berkumpul dan menyampaikan aspirasinya. Sebab hal itu jelas dilindungi oleh Undang-Undang.

Ketidaksetujuan dengan sebuah diskusi atau pemikiran yang disampaikan seseorang atau kelompok tidak boleh disikapi dengan aksi premanisme. Sebab hal itu akan menjadi preseden buruk di kemudian hari.

“Ya menurut saya, diskusi ya lawannya diskusi, perang lawannya perang. Tapi kalau tidak setuju dengan diskusi FTA sih baiknya Polri yang bertindak, nggak usah pakai preman begitu. Nanti yang jelek indeks demokrasi kita kan,” ujarnya.

“Apalagi sampai ada serangan fisik. Ini sih pidana, silakan diproses lebih lanjut. Siapa yang kasih perintah langsung, tangkap dan minta pertanggungjawaban,” pungkasnya.

Lebih lanjut, Habib Syakur tak bersedia lebih banyak komentar terkait dengan sosok yang memberikan perintah. Ia hanya mempersilakan Polri berperan lebih adil dalam menyikapi persoalan tersebut.

Sekadar diketahui Sobat Holopis, bahwa pada hari Sabtu, 28 September 2024 kemarin, digelar sebuah diskusi dan silaturrahmi yang diselenggarakan oleh Forum Tanah Air di Grand Kemang Hotel. Kegiatan tersebut dihadiri sejumlah tokoh nasional, seperti ; Refly Harun, Din Syamsuddin, Muhammad Said Didu, Marwan Batubara, Ichsanuddin Noorsy dan sebagainya.

Namun, diskusi tersebut mendapatkan pertentangan dari elemen Aliansi Cinta Tanah Air dengan menggelar demonstrasi di depan hotel. Tampak Kapolsek Metro Mampang Prapatan juga ikut mengawal pengamanan aksi demonstrasi yang dihadiri sejumlah orang saja.

Sayangnya, dari arah belakang Hotel, muncul sekitar 25 orang pemuda bermasker yang merangsak masuk ke dalam gedung Hotel untuk mengacak-acak acara diskusi yang diselenggarakan oleh FTA tersebut. Aksi premanisme ini pun membuat para peserta diskusi kaget, hingga properti peraga diskusi seperti banner dan white screen yang terpasang dirusak.

Tak sampai di situ saja, kegaduhan yang dipicu oleh para preman ini juga memancing amarah keamanan hotel. Bahkan serangan fisik juga terjadi antara preman dengan petugas keamanan serta sejumlah peserta diskusi FTA.

2 dari 5 Tersangka Ditahan

Kasus ini sudah ditangani oleh Polda Metro Jaya, hingga akhirnya 2 (dua) orang telah ditetapkan sebagai tersangka, mereka adalah GW atau Godlop Wabano (22, sekuriti) dan FEK atau Fhelick E Kalawali (38, karyawan swasta).

“Di belakang saya para pelaku yang sudah diamankan. Yang pertama FEK sebagai koordinator lapangan, kemudian GW sebagai pelaku perusakan spanduk,” ujar Wakapolda Metro Jaya Brigjen Djati Wiyoto Abadhy dalam jumpa pers di Kantornya, Jakarta, Minggu (29/9).

Kepolisian hingga kini juga masih melakukan pendalaman terhadap tiga orang lain yang berstatus terperiksa. Yaitu JJ, LW dan MDM yang bertindak membubarkan hingga merusak baliho agenda diskusi di dalam hotel.

“Dari yang sudah kita amankan, kita akan lakukan pendalaman dan tim masih bekerja untuk mencari para pelaku lainnya,” ucap Djati.