Lebih dari itu, Yonathan juga menerangkan bahwa dalam penerapan cyber security, sistem yang dijalankan harus benar-benar bisa beradaptasi dengan berbagai aspek. Termasuk kebutuhan antisipasi risiko serangan, kebutuhan pelayanan hingga kesesuaian regulasi.
“Di sinilah peran SIDIK CYBER dan TKMT menjadi krusial dalam membangun solusi berbasis lokal yang tidak hanya menyesuaikan diri dengan ancaman global, tetapi juga menghadirkan inovasi yang kontekstual dengan kebutuhan di Indonesia,” tegas Yonathan.
Terakhir, ia menegaskan bahwa sudah saatnya kolaborasi teknologi lokal mengambil kesempatan yang baik untuk bersaing dalam mewujudkan merdeka teknologi dan kedaulatan digital.
“Dalam menghadapi tantangan keamanan siber yang semakin kompleks, Indonesia harus berdiri di garis depan dengan memanfaatkan kekuatan dan potensi karya anak bangsa. Kemandirian teknologi dan TKDN yang tinggi adalah kunci untuk mencapai kedaulatan digital yang sesungguhnya,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, bahwa Fortinet tengah mengalami pelanggaran keamanan pada server Microsoft Azure SharePoint mereka, yang dieksploitasi oleh aktor ancaman Fortibitch.
Serangan terhadap salah satu perusahaan keamanan siber terbesar di USA ini dilaporkan melibatkan pencurian dan pengungkapan 440 GB data. Meski Fortinet menyatakan bahwa hanya 0,3% dari data pelanggan yang terdampak, peristiwa ini tetap menunjukkan kelemahan dalam infrastruktur keamanan siber yang bergantung pada penyedia layanan cloud global. Artinya, sekitar 775.000 pelanggannya di seluruh dunia terdampak pada serangan siber ini, yang berarti jumlah mempengaruhi sekitar 2.325 organisasi.