HOLOPIS.COM, JAKARTA – Direktur RS Medistra Jakarta, dr Agung Budisatria menyampaikan permohonan maaf atas isu diskriminasi mengenai pembatasan penggunaan hijab yang dialami oleh seorang kandidat tenaga kesehatan dalam proses rekrutmen.

Ia mengklaim bahwa direksi RS Medistra sangat inklusif dan terbuka untuk semua pihak bisa bermitra dan bekerja sama dengan semua layanan kesehatan yang dimiliki perusahaan penyedia layanan kesehatan itu.

“RS Medistra inklusif dan terbuka bagi siapa saja yang mau bekerja sama untuk menghadirkan layanan kesehatan terbaik bagi masyarakat,” kata dr Agung dalam keterangan resmi, Senin (2/9) seperti dikutip Holopis.com.

Atas insiden proses rekrutmen yang diprotes oleh dokternya sendiri itu, Agung menyampaikan permohonan maaf dan berjanji akan melakukan evaluasi perbaikan terhadap proses seleksi di rumah sakitnya.

“Ke depan, kami akan terus melakukan proses kontrol ketat terhadap proses rekrutmen ataupun komunikasi, sehingga pesan yang kami sampaikan dapat dipahami dengan baik oleh semua pihak,” sambung dia.

Sebelumnya diberitakan, bahwa seorang dokter spesialis bedah kanker, dr Diani Kartini, SP.B-Onk mempertanyakan manajemen dan direksi Rumah Sakit Medistra Jakarta Selatan yang disinyalir memaksa perawat dan dokter untuk melepas hijab mereka.

“Saya ingin mempertanyakan terkait persyaratan cara berpakaian di RS Medistra. Beberapa waktu lalu asisten saya dan juga kemarin kerabat saya mendaftar sebagai dokter umum di RS Medistra. Kebetulan keduanya menggunakan hijab,” kata dr Diani.

Di dalam surat yang ditulis pada hari Kamis (29/8) akhir pekan kemarin itu, Diani merasa heran mengapa manajemen RS Medistra mempertanyakan apakah dokter dan perawat yang diterima sesi wawancara untuk bekerja di sana bisa melepaskan hijab mereka selama bertugas.

Hal ini dengan dalih bahwa RS Medistra masuk dalam kategori Rumah Sakit bertaraf internasional, sehingga hijab tidak diperkenankan untuk dipakai dalam pelayanan kesehatan dan tugas di lingkungan rumah sakit tersebut.

“Ada pertanyaan terakhir di sesi wawancara. Menanyakan terkait performance dan RS Medistra merupakan RS Internasional, sehingga timbul pertanyaan apakah bersedia membuka hijab jika diterima,” tandasnya.

Jika pun pertanyaan itu benar adanya, dan ini merupakan keputusan dari manajemen Rumah Sakit Medistra, ia tentu sangat kecewa. Bahkan ia menuding bahwa sikap ini jelas bentuk dari rasisme yang dilakukan oleh perusahaan rumah sakit yang ada di kawasan Jakarta Selatan itu.

“Sata sangat menyayangkan jika di zaman sekarang ada ada pertanyaan rasis. Dikatakan RS Medistra berstandar internasional tetapi kenapa masih rasis seperti itu?,” tukasnya.