HOLOPIS.COM, JAKARTA – CEO Telegram, Pavel Durov baru saja membuat dunia heboh saat ia ditangkap di bandara Prancis karena kasus dugaan berbagai komunikasi tindakan kriminal yang ada diaplikasi yang ia pimpin.

Presiden Emmanuel Macron bahkan sampai memberikan keterangan dan konfirmasi bahwa benar Durov ditahan di bandara Le Bourget di luar Paris, pada Sabtu malam (24/8).

“Penangkapan presiden Telegram di wilayah Prancis terjadi sebagai bagian dari penyelidikan yudisial yang sedang berlangsung,” kata Macron di akun Twitter atau X @EmmanuelMacron, dikutip Holopis.com.

Hal ini pun sudah menjadi pertanyaan sejak lama, mengapa aplikasi Telegram sangat kontroversial di antara aplikasi lainnya? Apa yang membuat aplikasi ini seolah ditakuti negara barat?

Apa Itu Telegram?

Telegram dalam aplikasi atau layanan obrolan teks mirip Whatsapp, namun dengan fitur berbeda seperti Twitter atau Facebook.

Penggunanya bisa mengunggah grup, story, diskusi, dan membuat saluran khusus di dalamnya. Sebenarnya, pengguna baru aplikasi ini harus melakukan persetujuan untuk tidak mengirimkan spam atau melakukan penipuan, kekerasan, dsb.

Tetapi di lapangan, peraturan Telegram lebih sedikit dibandingkan aplikasi buatan Amerika Serikat lainnya.

Mengapa Telegram Dinilai Berbahaya?

Aplikasi ini memiliki cabang kanal yang membuat hate speech atau disinformasi tetap bisa viral dan meraja lela. Biasanya, seorang pengguna mengikuti kanal kandidat Donald Trump, dan bisa menjadi target link-link berita konspirasi yang semakin agresif.

Bahkan, Telegram dinilai memiliki andil dalam mengorganisir kericuhan anti imigran di Inggris pada awal Agustus lalu.

Aplikasi ini dinilai digunakan para kaum ekstrim untuk menyetir kebencian terhadap muslim, dan membuat lokasi-lokasi untuk diserang.

Kekhawatiran negara-negara Barat juga tertuju pada akun-akun pro-Rusia yang dinilai ingin mengucilkan dukungan untuk Ukraina. Meskipun aplikasi ini sebenarnya juga digunakan oleh banyak masyarakat Ukraina, termasuk Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy.

Sebagai informasi, terhitung pada Juli 2024, pengguna Telegram telah terkumpul sebanyak 950 juta orang, dengan mayoritas pengguna dari negara India.