HOLOPIS.COM, JAKARTA – Guru besar Ilmu Hukum Tata Negara, Prof Mahfud MD mengatakan bahwa tidak ada sebenarnya raja Jawa untuk saat ini dalam konstruksi politik di Indonesia. Sebab, teknis raja kesultanan di Indonesia sudah tidak dipakai lagi.
Pun ada, yakni dalam konteks kultural saja. Di mana raja jawa yang bisa dikategorikan hanyalah Sri Sultan Hamengkubuwono X atau Gubernur DI Yogyakarta itu.
“secara politik, raja Jawa itu tidak ada lagi. Tapi secara kultural, raja Jawa masih ada,” kata Mahfud MD dalam dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Minggu (25/8).
Sejauh ini, banyak masyarakat Jogja yang masih menganggap Sri Sultan Hamengkubuwono adalah raja dans ultan. Akan tetapi konteks itu memang hanya sebatas kultur saja, yakni anggapan masyarakat terhadap sebuah labelisasi seseorang berketurunan darah biru.
“Misalnya Sultan HB X oleh sebagian rakyat masih disebut raja, tapi hanya sebagai raja kultural, pemelihara budaya Jawa,” ujarnya.
Namun berbeda dengan istilah raja jawa ngeri yang sempat ramai dilontarkan oleh Ketua Umum DPP Partai Golkar, Bahlil Lahadalia. Di mana raja Jawa dalam konteks kultur yang ia ketahui tidak bengis dan menakutkan. Justru Raja Jawa yang ia kenal adalah sosok yang sangat merakyat dan memiliki kesantunan yang sangat tinggi.
“Namun Sultan HB ini tidak bengis dan tidak menakutkan. Sebaliknya, Sang Raja santun dan merakyat,” pungkasnya.
Sekadar diketahui Sobat Holopis, bahwa Bahlil sempat menyinggung istilah Raja Jawa di dalam Munas XI Partai Golkar di JCC Senayan, Jakarta Pusat. Dalam kesempatan itu, Menteri ESDM di Kabinet Indonesia Maju tersebut memperingatkan kepada para petinggi dan kader Golkar, agar jangan macam-macam dengan sosok Raja Jawa yang ia maksud.
“Raja Jawa ini kalau kita main-main celaka kita. Saya mau kasih tahu saja jangan coba-coba main dengan barang ini. Waduh ngeri-ngeri sedap barang ini,” kata Bahlil dalam pernyataannya, seperti dikutip Holopis.com, Rabu (21/8).
Pun ia tak mau menyebut nama jelas dari sosok Raja Jawa itu, namun banyak masyarakat yang menerjemahkan, bahwa Raja Jawa yang ia maksud adalah Presiden Joko Widodo, yang notabane adalah putra asal Solo.