HOLOPIS.COM, JAKARTA – Ribuan dokter junior di India masih melakukan aksi protes dan menolak untuk berhenti setelah kasus pemerkosaan dan pembunuhan seorang dokter menghebohkan negara tersebut.
Akibatnya, mogok kerja pun terjadi dan sudah mengganggu layanan rumah sakit selama hampir seminggu. Mereka menuntut tempat kerja yang lebih aman, serta penyelidikan kriminal yang cepat.
“Penghentian kerja dan aksi duduk kami yang tidak terbatas akan terus berlanjut hingga tuntutan kami dipenuhi,” demikian disampaikan Dr Aniket Mahata, dikutip Holopis.com, Senin (19/8).
Para dokter yang melakukan protes menolak menemui pasien non-darurat. Meskipun pemerintah mendesak agar para tenaga medis ini kembali bertugas serta membentuk komita yang bisa menyarankan langkah-langkah guna meningkatkan perlindungan bagi para profesional kesehatan.
Tak hanya para tenaga medis, amarah juga dirasakan oleh ribuan pendukung dua klub sepak bola terbesar di negara bagian Benggala Barat.
Mereka berbaris di jalanan Kolkata dan meneriakkan bahwa mereka menginginkan keadilan.
Sementara itu seorang sukarelawan polisi telah ditangkap dan didakwa melakukan tindakan kriminal ituk
Sebagai informasi, saat ini dunia sedang dihebohkan kasus pemerkosaan dan pembunuhan seorang dokter di Kolkata India. Seorang dokter di India bernama Dr. Moumita Debnath meninggal dunia karena diduga diperkosa dan dibunuh diduga oleh beberapa pria.
Awalnya, Ia dikatakan meninggal karena bunuh diri. Namun setelah diotopsi ditemukan bahwa ia diperkosa kemudian dibunuh.
Kasus ini pun langsung mengundang kemarahan warga terutama para kalangan tenaga medis wanita maupun pria. Ribuan dokter dan aktivis feminism di India melakukan aksi protes besar-besaran di beberapa kota besar di India seperti Kolkata, Delhi, serta Patna.
Kekerasan seksual di India memang sudah menjadi momok yang menyeramkan dan sangat dalam di negara terpadat nomor 1 dunia itu.
Tak hanya tentang kekerasan seksual, para dokter di India merasa bahwa mereka kurang mendapatkan perlindungan di dalam kondisi yang berbahaya.
Momen ini pun menjadi pucuk kemarahan para dokter, serta aktivis hak asasi manusia di India.