Holopis.com HOLOPIS.COM, JAKARTAJepang dijadwalkan akan segera mencabut peringatan gempa besar yang sudah berlangsung selama seminggu. Gempa itu tadinya dikatakan dapat menyebabkan kerusakan yang sangat besar serta menyebabkan korban jiwa.

Namun, Menteri Penanggulangan Bencana Jepang Yoshifumi Matsumura mengumumkan bahwa permintaan agar masyarakat waspada dicabut sekitar pukul 5 sore waktu setempat.

Hal tersebut karena baru saja ditemukan tidak ada aktivitas seismik yang besar. Tetapi, gempa masih bisa terjadi dan jangan langsung bena-benar diabaikan oleh masyarakatnya.

“Kemungkinan gempa bumi besar belum bisa dihilangkan,” kata Yoshifumi, dikutip Holopis.com, Kamis (15/8).

Ia tetap mengimbau masyarakat agar selalu waspada dalam menghadapi gempa besar yang diperkirakan akan tetap terjadi.

Sebagai informasi, pengumuman dari pemerintah Jepang membuat masyarakat Jepang sampai membatalkan liburan mereka, dan membeli barang-barang kebutuhan pokok atau panic buying.

Badan cuaca Jepang beberapa waktu yang lalu mengumumkan bahwa ada kemungkinan akan terjadinya gempa besar yang lebih dahsyat dari biasanya setelah gempa berkekuatan 7.1 skala richter terjadi dan melukai 14 orang.

Gempa yang dimaksudkan adalah gempa megathrust subduklsi, yang pada masa lalu mengakibatkan tsunami besar.

Selokan bawah laut sepanjang 800 km tersebut membentang sejajar dengan Pantai Pasifik Jepang.

Perlu diketahui, pada tahun 1707 seluruh bagian Palung Nankai pernah pecah secara bersamaan dan menimbulkan gempa bumi yang hingga saat ini masih terhitung sebagai gempa terkuat kedua di Jepang.

Gempa itu juga telah memicu letusan gerakhir Gunung Fuji, diikuti oleh dua megathrust Nankai di tahun 1854, 1944, dan 1946.

Indonesia Diminta Waspada

Sementara itu, BMKG sedang membuat heboh masyarakat Indonesia dan mengatakan bahwa gempa megathrust dikatakan tinggal menunggu waktu.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Trusnami BMKG, Daryono kemudian mengimbau masyarakat Indonesia agar tetap selalu waspada. Namun, informasi potensi gempa bukanlah prediksi atau peringatan dini, sehingga jangan keliru menanggapinya.

“Kepada masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan beraktivitas normal seperti biasa, seperti melaut, berdagang, dan berwisata di pantai,” pungkasnya.