HOLOPIS.COM, JAKARTA – Peringatan Bencana Gempa Bumi yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) setelah terjadinya gempa besar dengan Magnitudo 7,1 yang berpotensi tsunami di Jepang dampak dari Megathrust Nankai, Jumat (8/8) pukul 14.42.58 WIB merupakan komunikasi risiko.
Pakar Komunikasi Bencana, Dr. Hidayat menjelaskan, yang diungkapkan oleh BMKG merupakan suatu upaya dari aspek Komunikasi Risiko. Masyarakat perlu mengetahui risiko yang dihadapi sehingga dapat meningkatkan kapasitas dalam menghadapi ancaman bencana.
“Saya berharap ini tidak sebatas sampai peringatan saja dan menjadi perbincangan hangat di media massa serta media sosial, harus ada upaya-upaya mitigasi dan kesiapsiagaan yang dilakukan agar masyarakat merespons dan memiliki ketahanan yang tinggi terhadap bencana,” katanya kepada Holopis.com, Rabu (14/8).
Menurutnya pesan peringatan terkait bencana perlu dilakukan perencanaan komunikasi sehingga peringatan bencana tidak hanya menjadi pesan negatif yang akhirnya membuat masyarakat panik. Sehingga tujuan awal untuk masyarakat waspada dan meningkatkan ketahanan tidak tercapai.
“Aspek komunikasi masih menjadi tantangan atau PR Negara kita dalam penanganan bencana. Kesadaran terhadap risiko bencana merupakan hal penting jika ingin mewujudkan negara yang tangguh bencana Ujar Dosen LSPR Institute tersebut,” ucapnya.
Dikatakan Hidayat, potensi ancaman Gempa Bumi Megathrust harus direspon dengan serius dan ada aksi yang berkelanjutan. Hal ini dikarenakan Megathrust berpotensi memicu terjadinya tsunami dan dampaknya juga berpotensi sangat masif baik dari aspek korban jiwa, ekonomi, sosial sampai dampak lainnya bagi Negara kita jika lengah dan tidak siap. Kemudian, Gempa bumi memiliki sifat yang berulang, sehingga penting kita mengetahui sejarah gempa di masa lalu.
“Belajar dari Jepang, mereka selalu mempersiapkan ancaman gempa selanjutnya dengan meneliti sejarah-sejarah bencana purba di masa lalu dan berhasil membangun ketahanan terhadap bencana untuk masa depan,” terang Hidayat.
Ia meminta masyarakat tidak perlu takut dan panik dengan peringatan Gempa Bumi, justru masyarakat harus gotong royong membangun ketahanan mulai dari lingkungan keluarga sampai Negara.
“Manfaatkan cerita rakyat, permainan tradisional, musik, berbagai jenis kesenian, kemajuan teknologi, kekuatan pemangku agama dan tokoh masyarakat, kekuatan media massa, kerja sama NGO, dunia usaha, dan akademisi untuk membantu pemerintah melakukan komunikasi risiko,” imbuhnya.
Kemudian pemerintah juga harus menargetkan audiens, membuat pesan dan memilih media yang tepat merupakan hal mendasar yang harus dilakukan jika ingin sukses meningkatkan kesadaran masyarakat akan risiko bencana di Indonesia.
“Upaya ini harus dilakukan untuk membangun ketangguhan terhadap bencana karena Saya percaya membangun ketangguhan merupakan investasi bangsa yang tak ternilai dan besar manfaatnya,” pungkas Hidayat.