Selasa, 17 September 2024
Selasa, 17 September 2024
NewsEkobizNambah Terus, Utang Indonesia per Juni 2024 Tembus Rp 8.444 Triliun

Nambah Terus, Utang Indonesia per Juni 2024 Tembus Rp 8.444 Triliun

HOLOPIS.COM, JAKARTA – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan posisi utang Indonesia terus mengalami kenaikan, dimana utang Indonesia per Juni 2024 telah mencapai Rp 8.444,87 triliun.

“Jumlah utang pemerintah per akhir Juni 2024 tercatat Rp 8.444,87 triliun,” tulis Kemenkeu dalam dokumen APBN KiTa Edisi Juli 2024, seperti dikutip Holopis.com, Senin (30/7).

Posisi utang tersebut tercatat naik sebesar Rp 91,85 triliun bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar Rp 8.353,02 triliun.

Dengan adanya kenaikan jumlah utang tersebut, rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga turut meningkat hingga hampir menyentuh angka 40 persen, atau tepatnya 39,13 persen dari yang semula sebesar 38,71 persen.

Meski meningkat, rasio utang tersebut masih di bawah batas aman 60 persen PDB, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Keuangan Negara.

“Per akhir Juni 2024, profil jatuh tempo utang pemerintah terhitung cukup aman dengan ratarata tertimbang jatuh tempo (average time maturity/ATM) di 7,98 tahun,” tulis Kemenkeu dalam dokumen tersebut, seperti dikutip Holopis.com, Selasa (30/7).

Apabila dilihat lebih rinci, utang Indonesia per Juni 2024 didominasi oleh Surat Berharga Negara (SBN) yang tercatat sebesar Rp 7.418,76 triliun atau 87,5 persen dari total utang pemerintah. Sedangkan sisanya 12,15 merupakan pinjaman.

Adapun jumlah utang pemerintah dalam bentuk SBN terbagi lagi, dimana sebanyak Rp 1.451,07 merupakan SBN Valas, Rp 5.967,70 merupakan SBN Domestik yang berasal dari Surat Utang Negara Rp 4.732,71 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebesar Rp 1.234,99 triliun.

Sementara jumlah utang pemerintah dalam bentuk SBN valuta asing per akhir Juni 2024 sebesar Rp 1.451,07 triliun, terdiri dari Surat Utang Negara Rp 1.091,63 triliun dan SBSN Rp 359,44 triliun.

Kemudian, jumlah utang pemerintah dalam bentuk pinjaman sebesar Rp 1.026,11 triliun per akhir Juni 2024. Angka itu terdiri dari pinjaman dalam negeri sebesar Rp 38,10 triliun dan pinjaman luar negeri sebesar Rp 988,01 triliun.

Bendahara negara itu merinci, pinjaman luar negeri tercatat sebesar Rp 988,01 triliun itu terdiri dari bilateral sebesar Rp 263,72 triliun, multilateral sebesar Rp 600,47 triliun dan commercial banks sebesar Rp 123,83 triliun.

Hingga akhir Juni 2024, profil jatuh tempo utang pemerintah Indonesia disebut terhitung cukup aman dengan rata-rata tertimbang jatuh tempo (average time maturity/ATM) di 8 tahun.

“Disiplinnya pemerintah mengelola utang turut menopang hasil asesmen lembaga pemeringkat kredit (S&P, Fitch, Moody’s, R&I dan JCR) yang hingga saat ini tetap mempertahankan sovereign credit rating Indonesia pada level investment grade di tengah dinamika perekonomian global dan volatilitas pasar keuangan,” pungkas Menkeu.

Temukan kami juga di Google News lalu klik ikon bintang untuk mengikuti. Atau kamu bisa follow WhatsaApp Holopis.com Channel untuk dapatkan update 10 berita pilihan dari redaksi kami.

Baca Juga

Prabowo Gibran 2024 - 2029
Ruang Mula

BERITA TERBARU

Lainnya
Related

IHSG Berpeluang Menguat, Cek Rekomendasi Sahamnya

Indeks harga saham gabungan (IHSG) berpeluang menguat pada perdagangan hari ini, Selasa (17/9), setelah libur panjang akhir pekan atau long weekend.

OJK Catat Total Kredit Berkelanjutan Perbankan Rp 1.959 Triliun

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan total kredit atau pembiayaan berkelanjutan Perbankan yang telah disalurkan hingga tahun 2023 mencapai Rp 1.959 triliun.

Pasar Modal Sepekan, Ada Pencatatan 1 Obligasi di BEI

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat kinerja pasar modal di Indonesia selama sepekan terakhir, atau selama periode 9 - 13 September 2024 mengalami peningkatan. Dimana pada periode tersebut, terdapat 1 pencatatan obligasi di pasar modal.

Asmindo Sebut Pembangunan IKN Jadi Berkah Bagi Industri Mebel

Program pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) membawa angin segar bagi para pelaku usaha, khususnya para pelaku Usaha Kecil Menegah (UKM) di industri mebel dan kerajinan dalam negeri.