HOLOPIS.COM, JAKARTA – Relawan Projo (Pro Jokowi) ikut menanggapi tudingan PDIP terhadap Presiden Jokowi (Joko Widodo) yang dianggap mempersiapkan para kerabatnya untuk berpolitik.
Bendahara Umum Projo, Panel Barus menilai, baik Djarot Hidayat maupun PDIP masih belum bisa menerima hasil kekalahan mereka di Pilpres 2024 dengan harus puas di peringkat juru kunci.
“Saya pikir apa yang disampaikan Pak Djarot ini semacam bentuk kekecewaan. Ini sisa-sisa kekecewaan kalah di pilpres kemarin saya melihatnya,” kata Panel Barus dalam pernyataannya pada beberapa waktu lalu, seperti dikutip Holopis.com.
Barus menilai, Djarot hanya melontarkan tuduhan kosong dan mengesampingkan kondisi sebenarnya dalam Pilkada.
“Ini tuduhan yang tidak tepat. Karena beliau menyampaikan Pak Jokowi menyiapkan ini, ini, kan seperti itu. Menurut saya itu tuduhan, tidak tepat,” tukasnya.
Lebih lanjut, dia juga berbicara soal Jokowi yang dianggap PDIP tak berterima kasih. Panel menyebut bahwa justru banyak partai lain yang mendukung Jokowi.
“Saya juga mau bilang selama ini kan juga Pak Jokowi dituduh tidak tahu terima kasih ke PDIP, selama ini keluarganya didukung PDIP, gitu-gitu ya, faktanya hari ini nggak sama PDIP, partai-partai politik juga banyak yang mau dukung Bobby,” tegasnya.
Sebelumnya diberitakan, Ketua DPP PDIP, Djarot Saiful Hidayat bahkan menuding, hanya di era Jokowi saja dimana menantu hingga keluarga bisa terlibat aktif di politik.
“Sambil ini kita melihat sejarah yang perlu dicatat sejarah perpolitikan yang perlu kita catat bersama, sejak masa Pak Jokowi inilah anak-anak dan menantu sama keluarga terdekatnya itu terlibat aktif di dalam politik,” kata Djarot dalam pernyataannya pada Kamis (11/7).
Djarot yang pernah gagal saat bertarung di Pilgub Sumut itu mengklaim bahwa presiden terdahulu bahkan Megawati sekalipun melibatkan keluarganya di politik.
“Sejak Presiden Sukarno, Bung Karno, Pak Harto, Habibie, Gus Dur, Bu Mega, Pak SBY, baru kali ini,” tukasnya.
Djarot kemudian mencurigai, bisa saja cucu Presiden Jokowi sudah disiapkan untuk mengikuti jejak politik.
“Mulai dari anaknya, menantunya, mungkin cucunya, mungkin saudaranya akan disiapkan. Di dalam demokrasi prosedural, oke boleh. Tapi di dalam demokrasi, di dalam politik itu ada etika, ada moral,” ujarnya.