HOLOPIS.COM, JAKARTA – Konsultan Kemanan Siber, Teguh Aprianto bercerita tentang pengalamannya saat terintimidasi oleh Polri. Uniknya, momen itu justru terjadi saat Teguh memberi peringatan kepada Polri bahwa ada peretas asal Iran yang menerobos sistem Polri.
Momen itu ia ceritakan saat menjadi bintang tamu salah satu program podcast di kanal Youtube Noice.
“Polri, lembaganya kebobolan, gue ngasih tahu nih lho saatnya berbenah, nih lho kebobolan. Gue ngasih tahu, bahkan yang ngehijack itu orang Iran,” kata Teguh, dikutip Holopis.com, Rabu (26/5)
Setelah dua jam dihubungi Teguh, polisi langsung melakukan konferensi pers yang menyatakan bahwa apa yang dikatakan oleh Teguh tidaklah benar, bahwa sistem mereka aman dari aksi peretasan. Padahal menurut Teguh, jelas-jelas sosok yang meretas data polri ada. Apalagi peretas sistem Polri, kata Teguh, mengklaim sudah bisa masuk ke sistem utama hingga memanipulasi data Polri.
“Emang orangya publish dirinya (Iran). Dia publish di satu forum, gua bisa akses ke Polri, bisa gonta-ganti data polri, bisa mempensiunkan seorang polisi, gue bisa ganti-ganti data,” terang Teguh menirukan klaim peretas asal Iran tersebut.
Setelah polisi melakukan konferensi pers, dan membantah mereka telah diretas, Teguh justru dihubungi oleh salah satu petinggi dari Cyber Crime Bareskrim Mabes Polri.
Inti dari komunikasi tersebut adalah, Polri ingin menggandengnya menjadi konsultan keamanan siber di lembaga penegak hukum tersebut.
Namun ajakan tersebut ia tolak mentah-mentah. Sebab, dirinya memang sangat membatasi diri untuk bekerja di lembaga pemerintah maupun lembaga negara lainnya.
Teguh mengatakan bahwa terlalu banyaknya konflik kepentingan menjadi alasan utama mengapa ia enggan bekerja dengan lembaga plat merah, termasuk Polri.
Sayangnya, penolakan tersebut justru berujung tidak baik. Ia merasa mendapatkan teror dari pihak tertentu yang membuatnya sangat tidak nyaman. Berkat kemampuannya dalam bidang peretasan dan security system, Teguh mendapatkan bahwa pelaku teror adalah oknum dari tim Cyber Crime Mabes Polri.
“Akhirnya gue tolak, langsung habis itu nomor gue diteror. Jadi ada satu nomor di WA neror nomor gue, fotonya itu display picturenya Batman,” jelasnya.
Merespons kemampuan dan keberanian Teguh, polisi kemudian mengirim lima orang bertubuh besar ke rumah Teguh. Mereka bermaksud ingin menjemputnya ke kantor Bareskrim dan ingin meminta bantuan secara teknis kepada Teguh.
“Tapi brengseknya itu ngomong ke RT penggerebekan. Tapi padahal pas mereka dateng, gue keluar pake kolor doang kan. Nanya mau ngapain, kita mau minta bantuan, oke tapi gue nggak percaya sama polisi,” lanjutnya.
Setelah berkonsultasi ke temannya yang merupakan seorang pengacara, Teguh memutuskan untuk tak langsung mengikuti 5 pria ini ke Bareskrim dan datang keesokan harinya dengan 3 pengacaranya itu.
Meskipun telah membantu polisi, Teguh tetap tak mau menjalin hubungan atau direkrut di lembaga tersebut. Apalagi ia merasa sikap tim Cybercime yang tidak bersahabat dengannya.
Membahas fenomena kebocoran data, netizen pun beramai-ramai memberikan komentar dan kritikan mereka terhadap kinerja polisi.
“Pantesan pada nggak mau, lu minta bantuan kayak ngegebrak bandar, ingin berkata-kasa kasar,” kata @LenTheresia.
Ada pula yang salfok terkait lembaga pemerintahan Indo menjadi tempat latihan anak-anak SMP sehingga mudah diretas.
“Nih mungkin informasi umum sih bahwa situs-situs lembaga pemerintahan di Indo itu kyk tempat latihan bagi anak-anak SMP yang baru belajar hack, karena ya saking gampanya dihack,” kata @cicakracing25.