HOLOPIS.COM, JAKARTA – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid merasa geram dengan situasi kekinian. Betapa tidak, ia melihat rakyat sedang dibuat lelah dengan situasi yang sedang hangat terjadi.

Satu di antaranya adalah polemik kasus pembungan Vina Cirebon yang seperti berlalu sangat bias. Di mana publik seperti dibiarkan bertengkar sendiri dengan liarnya spekulasi tentang penangkapan Pegi Perong.

Di satu sisi, ada polemik antara intelijen Densus 88 Anti Teror versis Jampindum Kejaksaan Agung RI hingga kini berujung pelaporan di KPK oleh elemen sosial seperti MAKI dan IPW. Dan akhirnya, kedua pimpinan tinggi mereka menyatakan tak ada masalah apa-apa sambil memamerkan kemesraan di Istana.

“Baru sepekan ini hati kita disesakkan dengan situasi yang membingungkan seperti ini. Hukum seperti dibuat dagelan dan rakyat yang disuguhkan drama dibiarkan saling bertengkar,” kata Habib Syakur kepada Holopis.com, Senin (27/5).

Lantas, ia memandang bahwa tak ada satu sosok pun dari pejabat negara yang mampu menunjukkan kewibawaannya untuk mengatasi polemik ini. Bahkan ia pun menyinggung peran Menko Polhukam Marsekal TNI (purn) Hadi Tjahjanto yang seperti tak memiliki gereget apa pun untuk mengantasi polemik ini.

“Saya kok melihat tak ada satu sosok pun yang muncul, menjadi pengontrol navigasi polemik ini agar tidak keluar jalur dan bias,” ujarnya.

Sontak ia pun mengaku rindu dengan peran sosok Mahfud MD yang dinilainya sangat memiliki integritas dan pendirian besar dalam mengatasi persoalan polhukam di Indonesia.

Banyak kasus yang seperti punya harapan besar untuk dituntaskan oleh negara, mulai dari kasus BLBI, pembunuhan Brigadir Joshua oleh Ferdy Sambo, kekerasan Mario Dandy Satriyo kepada Cristalino David Ozora, kasus kriminalisasi Dosen Universitas Syiah (Unsyiah) Kuala Aceh bernama Saiful Mahdi, dan sebagainya.

“Ya, saya tak melihat sosok setegas dan seberani Pak Mahfud. Walau beliau dari sipil, mentalnya tak kalah dengan yang sudah jadi panglima TNI sekalipun,” ketusnya.

Oleh sebab itu, ia berharap Presiden Joko Widodo (Jokowi) turun tangan meniru gaya Mahfud MD jika tidak bisa memaksa para pembantunya bisa menunjukkan kewibawaannya.

Apalagi dua kasus ini setidaknya menjadi konsumsi publik yang semakin liar. Ditambah dua polemik itu tak sekadar mempertaruhkan nama baik institusi penegak hukum, akan tetapi bisa mencoreng wajah peradilan di Indonesia.

“Baiknya pak Jokowi turun gunung, kawal kasus ini sampai terang benderang dan on the track. Jangan sampai public trust kita sebagai rakyat malah hilang, ini bisa berbahaya,” pungkasnya.