HOLOPIS.COM, JAKARTA – Wilayah aman terakhir Palestina yaitu Rafah, saat ini sudah tak bisa lagi diharapkan oleh warga Palestina. Hal itu karena Israel terus-terusan melancarkan serangan di Rafah dan merebut penyeberangan Rafah dari Mesir.
“Ada 1.4 juta dari 2.2 juta orang di Gaza yang berlindung di Rafah. Dan dari jumlah tersebut, lebih dari setengahnya adalah anak-anak,” demikian disampaikan Wakil Direktur Senior Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Scott Anderson, dikutip Holopis.com, Rabu (8/5).
Ia mengatakan infrastruktur di Rafah masih utuh dibandingkan wilayah di Palestina yang lain. Karena itu lah Rafah ia tekankan sebagai tempat aman terakhir di Palestina.
“Ini adalah tempat aman terakhir di Gaza,” ucapnya.
Rafah merupakan wilayah yang penting karena satu-satunya bagian di Gaza yang tidak mengalami kerusakan parah.
Karena itulah, ketika Israel mengusir warga Palestina dari Israel, kemarahan pun muncul dari dunia internasional. Serangan ini juga kerap kali dianggap sebagai resolusi terakhir dari Israel dalam meratakan Palestina, dan tidak menyetujui proposal gencatan senjata.
Kata kunci All Eyes On Rafah atau Semua Mata Tertuju pada Rafah saat ini menjadi trending topic di Twitter.
“Semua mata tertuju pada Rafah. Ini bukan perang. Ini Genosida. Ulangi sekali lagi. Sebarkan. Biarkan dunia tahu,” kata @sahouraxo.
Sementara itu pengguna Twitter lainnya mengunggah sebuah foto yang mengatakan bagaimana perasaan orang-orang jika anak mereka sendiri yang berada di bawah reruntuhan.
All eyes on Rafah..#getoutofrafah pic.twitter.com/YG02dWabdR
— Bekir Develi YouTube Channel (@BekirDeveli) May 7, 2024
“Bagaimana kalau anak kalian yang berada di bawah reruntuhan?,” tanya @BekirDeveli.
Sebagai informasi, serangan Hamas pada 7 Oktober telah menyebabkan 1.170 warga Israel meninggal dunia.
Sementara serangan balasan yang dilakukan Israel di Palestina saat ini sudah menewaskan setidaknya 34.654 orang, dimana sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.