HOLOPIS.COM, JAKARTA – Hari ini, Google merayakan Hari Tari Sedunia dengan menampilkan salah satu tari khas Indonesia asal Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Ia adalah Tari Rangkuk Alu. Hal ini terlihat saat kita membuka halaman Google (Google Doodle), maka logo mereka akan diganti dengan gambar tarian Rangkuk Alu atau Alu Rangkuk.
Diketahui Sobat Holopis, bahwa tari rangkuk alu merupakan permainan tari yang bisa dilakukan oleh segala usia. Cara memainkan tarian ini adalah dengan menggunakan tongkat bambu disusun dalam kotak di tanah, dan sementara beberapa pemain menggerakkan tongkat dengan irama yang terus menerus, yang lain melangkah dalam pola yang rumit untuk menghindari bambu.
Permainan ini berkembang menjadi tarian karena orang-orang melihat kesamaan antara irama lompatan dan tarian. Para pemula bergerak dalam pola sederhana sementara penari yang terampil menavigasi lebih banyak bambu dengan bergerak ke berbagai arah, bermanuver di sekitar tepi dan tengah.
Instrumen seperti drum dan gambang terkadang melengkapi irama pemukulan batang bambu. Penari boleh mengenakan rok panjang, hiasan kepala, atau melambaikan ujung selendang saat menavigasi bambu.
Dibutuhkan fokus untuk menghindari pukulan pada bambu, dan pemain akan menggunakan permainan ini untuk melatih ketangkasan, keseimbangan, dan koordinasi. Masyarakat Suku Manggarai juga menemukan nilai spiritual dan filosofis dalam tarian tersebut. Masyarakat yang terjun ikut berkontribusi melestarikan kekayaan budaya Tari Rangkuk Alu.
Hari Tari Sedunia
Dikutip dari situs National Today, Komite Tari Insitut Teater Internasional (ITI) menetapkan 29 April sebagai Hari Tari Sedunia pada tahun 1982. Tanggal tersebut merupakan hari lahir Jean Georges Noverre (1727-1810), pencipta balet modern.
Hari Tari Sedunia bertujuan untuk mempromosikan tarian di seluruh dunia, untuk menyadarkan orang akan nilai tarian, dan memungkinkan komunitas tari mempromosikan karya mereka dalam skala luas. Harapannya, pemerintah dan para pemimpin di seluruh dunia semakin sadar akan nilai dan pentingnya tarian dalam segala bentuknya dan mendukungnya.
Sementara itu, International Theatre Institute (ITI) didirikan oleh Direktur Jenderal UNESCO yang pertama, Sir Julian Huxley, dan penulis drama dan novelis JB Priestly, pada tahun 1948, tepat setelah Perang Dunia Kedua. Kini, ITI telah berkembang menjadi organisasi seni pertunjukkan terbesar di dunia.