HOLOPIS.COM, JAKARTA – Elon Musk membuat komentar terkait pihak yang “lemah” dan “kuat”, saat dunia sedang fokus pada konflik Israel dan Palestina. Banyak yang menilai bahwa konflik tersebut tidaklah imbang dan membuat Israel sebagai penjajah. Hal itu karena Israel memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan Palestina.
Meskipun tak menyebutkan nama negaranya, Elon membahas bahwa sebuah pihak yang lemah bukan berarti mereka benar, dan pihak yang kuat bukan berarti mereka di pihak yang salah.
“The axiomatic error undermining much of Western Civilization is “weak makes right”. If someone accepts, explicitly or implicitly, that the oppressed are always the good guys, then the natural conclusion is that the strong are the bad guys. (Kesalahan aksiomatik yang melemahkan sebagian besar Peradaban Barat adalah pemahaman ‘lemah berarti benar’),” kata Elon, di akunnya @elonmusk, dikutip Holopis.com (27/6).
Most of history had and still most of the world has “might makes right” as the axiomatic error.
If any thought is given to it, you should obviously consider morality in the absolute! Deeds done determine good or bad, not whether one party is stronger or weaker than the other.
— Elon Musk (@elonmusk) April 26, 2024
Ia pun membahas soal pemahaman orang yang selalu menganggap bahwa mereka yang lemah berarti benar, dan yang kuat adalah mereka yang melakukan kesalahan.
“If someone accepts, explicitly or implicitly, that the oppressed are always the good guys, then the natural conclusion is that the strong are the bad guys (Jika seseorang menerima, secara eksplisit atau implisit, bahwa yang tertindas selalu merupakan orang-orang baik, maka kesimpulan yang wajar adalah bahwa yang kuat adalah orang-orang jahat),” lanjut Elon.
Komentar Elon pun langsung menerima hujatan dari pengguna X atau Twitter lainnya. Ada yang mengatakan bahwa hal yang benar adalah mereka yang tidak mengebom rakyat biasa.
When your ‘deeds’ include using your incredible power to try to justify oppression during a genocide and sharing tweets to forcibly suppress free protest by people committing that genocide — I don’t think we can take these tweets as anything but poor attempts at damage control
— Tiberius (@ecomarxi) April 26, 2024
“Sebenarnya Elon, tidak mengebom rakyat biasa, wanita, dan anak-anaklah yang benar. Jadi kesimpulan alaminya adalah siapapun yang melakukan itu, adalah yang jahat. Tapi pemikiran anda lucu sih,” kata @Cancelcloco.
“Ini adalah kalimat terbodoh yang pernah anda katakana,” kata @ecomarxi.
Elon Musk Melanjutkan Pernyataan
Tak berhenti di situ, ternyata pemilik perusahaan Tesla ini mengatakan bahwa moral adalah yang paling penting untuk menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah.
“Kau harus memperhatikan bahwa moralitas adalah yang absolut. Kelakuan baik atau buruk, bukan siapa yang lebih kuat atau lemah,” lanjut Musk.
Namun komentar itu dianggap hanya cara Elon Musk untuk memperbaiki dan menghaluskan kata-katanya.
“Ketika perbuatanmu termasuk menggunakan kekuatan untuk berusaha membenarkan penindasaan saat genosida, dan membagikan tweet yang memaksa menekan kebebsan berbicara oleh orang-orang yang melakukan genosida, saya rasa tweet ini hanya upaya memperbaiki salah ngomong (ngeles),” kata @ecomarxi.
Sebagai informasi, Elon Musk memang sempat secara terang-terangan mendukung Israel. Amerika Serikat saat ini diketahui masih mempertahankan dukungan mereka terhadai Israel, meskipun desakan yang semakin tinggi dari masyarakatnya yang mendukung Palestina.