HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati menyebut bahwa pelemahan nilai tukar mata uang seperti yang dialami rupiah terjadi juga di negara lain.
“Negara-negara seperti sekitar kita dan di emerging country G20 ada di situasi mirip, ada yang lebih parah tergantung dari pondasi dan kondisi ekonomi masing-masing,” kata Sri Mulyani dalam dalam konferensi pers APBN KITA yang dikutip Holopis.com, Jumat (26/4).
Sri Mulyani menjelaskan, bahwa pelemahan nilai tukar itu terjadi lantaran indeks dolar mengalami penguatan di level 4,5 persen. Artinya, mata uang lain tentu akan mengalami koreksi, termasuk Indonesia yang dalam hal ini depresiasi 5,7 persen secara tahun kalender.
“Jadi pergerakan nilai tukar ini dirasakan dan dibahas di dalam meeting kemarin, kecenderungan terjadinya capital outflow, koreksi nilai tukar, harga saham, dan yield dari surat berharga menjadi fokus dari pembahasan menteri keuangan dan gubernur bank sentral di G20 maupun pertemuan IMF minggu lalu,” jelasnya.
Menurut Sri Mulyani, setiap negara saat ini harus mulai melakukan adjustment atau penyesuaian dengan berbagai dinamika market yang cukup kompleks saat ini.
“Semua cenderung hati-hati, semua cenderung untuk memitigasi risiko dari pergerakan global tersebut,” pungkasnya.
Diketahui, bahwa indeks dolar AS pada saat ini menguat, sedangkan nilai tukar rupiah mengalami depresiasi sejak awal tahun di angka 5,37 persen. Tercatat pada hari ini, nilai tukar rupiah bergerak di level Rp16.210 per USD.