Habib Syakur Kritik Gilbert Lumoindong, Sarankan Minta Maaf Lewat MUI

HOLOPIS.COM, JAKARTA – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid menyayangkan apa yang dilakukan oleh Pendeta Gilbert Lumoindong soal konten khotbahnya.

Di mana Pendeta Gilbert menyindir nominal zakat 2,5% yang menjadi syariat agama Islam, termasuk juga dengan gerakan shalat.

“Saya jujur kecewa dan marah dengan apa yang dia lakukan. Ini bisa jadi benih perpecahan antar sesama anak bangsa yang seharusnya hidup guyub dan saling asih,” kata Habib Syakur kepada Holopis.com, Selasa (16/4).

Menurutnya, materi khotbah Pendeta Gilbert sudah terlewat batas. Seharusnya sebagai pengkhotbah senior, ia bisa lebih bijak dalam memilih materi khotbahnya di hadapan para jemaat. Apalagi kegiatan khotbah Minggu tersebut dilakukan secara hybrid, di mana publik luas bisa mengakses video khotbah tersebut melalui siaran video Youtube.

“Dia sadar direkam, dia sadar materinya bisa didengar publik. Pun dilakukan secara privat pun, seharusnya materi semacam itu tak dikeluarkan, karena dikhawatirkan jemaat yang tidak sepemahaman bisa salah paham,” ujarnya.

Oleh sebab itu, ulama asal Malang Raya ini pun mengingatkan agar Pendeta Gilbert maupun pemuka agama lainnya tidak melakukan tindakan serupa. Sebab kata dia, materi-materi khotbah atau ceramah semacam itu jelas bisa memicu perpecahan sesama anak bangsa yang hidup secara heterogen.

“Kita hidup berdampingan dengan segenap perbedaan baik suku, agama dan ras. Sebaiknya jangan lompat pagar, hormati perbedaan antar kita semua. Agama Islam mengajarkan ‘lakum diinukum waliyadiin‘, untukmu agamamu dan untukku agamaku, cukup pedomani dan ayo kita hidup bersaudara sebagai insan suci Indonesia yang sejati,” tuturnya.

Minta Maaf Lewat MUI

Lebih lanjut, Habib Syakur menyarankan agar Pendeta Gilbert Lumoindong menggunakan jalur Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai wadah representatif dari upaya permintaan maafnya kepada umat Islam.

Ia pun menilai, permohonan maaf melalui Jusuf Kalla (JK) sangat tidak representatif. Apalagi ada sebuah lembaga yang lebih representatif dengan umat Islam yang ada di Indonesia, yakni MUI.

“Saya tak habis pikir kenapa JK menjadi line operator permintaan maafnya yang pertama. Kenapa tidak ke MUI yang lebih representatif. Jangan sampai terkesan kedatangannya ke JK hanya untuk menunjukkan, wah saya punya dekengan pusat nih. Nggak bagus,” tukasnya.

Oleh sebab itu, Habib Syakur pun menyarankan agar Gilbert segera sowan ke Ketua Umum MUI K.H. Anwar Iskandar, atau bisa melalui Kementerian Agama.

“Yang jauh lebih representatif ya MUI, atau bisa Kementerian Agama, ke Gus Yaqut,” pungkasnya.

Sekadar diketahui Sobat Holopis, bahwa Pendeta Gilbert Lumoindong mendatangi Jusuf Kalla di kediamannya di kawasan Jakarta Selatan untuk menyampaikan permohonan maaf sekaligus klarifikasi atas kegaduhan materi khotbah yang dilakukannya.

Bahkan ia sampai mencium tangan JK sebagai simbol permintaan maafnya tersebut kepada seluruh umat Islam di Indonesia.

“Saya cium tangan ini sebagai tanda kepada umat muslim saya mohon maaf,” kata Pendeta Gilbert kemarin.

Temukan kami di Google News, dan jangan lupa klik logo bintang untuk dapatkan update berita terbaru. Silakan follow juga WhatsApp Channnel untuk dapatkan 10 berita pilihan setiap hari dari tim redaksi.

Berita Lainnya

Presiden Republik Indonesia

BERITA TERBARU

Viral