HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi menilai bahwa serangan-serangan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto terhadap Presiden Jokowi dapat merugikan partai berlambang banteng tersebut.
Penilaian itu disampaikan R Haidar Alwi menanggapi pernyataan Hasto mengenai ketidakhadiran Presiden Jokowi di Open House Megawati. Hasto mengatakan bahwa yang hadir hanya sahabat-sahabat Megawati yang berkomitmen bagi Indonesia, bukan bagi keluarga.
“Akhir-akhir ini Hasto memang gencar sekali menyerang pribadi Presiden Jokowi dan keluarga. Sadar atau tidak, omongan Hasto dapat merugikan PDIP,” kata R Haidar Alwi, Kamis (11/4) seperti dikutip Holopis.com.
“Publik justru akan semakin simpati terhadap Presiden Jokowi dan semakin antipati terhadap PDIP,” tambahnya.
Menurutnya, magnet Presiden Jokowi terhadap elektabilitas PDI Perjuangan lebih kuat dari Megawati. Dengan kata lain, keberadaan Presiden Jokowi menjadi salah satu alasan terbesar masyarakat memilih PDI Perjuangan.
Memang, kata R Haidar Alwi, pada Pemilu 1999, PDI Perjuangan sebagai partai pendatang baru berhasil menempati posisi pertama perolehan suara terbanyak sebesar 33,75 persen. Namun, pada Pemilu 2004 dan 2009, perolehan suara PDI Perjuangan anjlok lebih dari setengahnya.
Pada Pemilu 2004 PDI Perjuangan berada pada posisi dua dengan perolehan suara 18,53 persen, kalah dari Partai Golkar di posisi pertama 21,57 persen.
Pada Pemilu 2009, PDI Perjuangan semakin terpuruk ke posisi tiga dengan perolehan suara 14,01 persen. Kalah dari Partai Golkar di posisi dua dengan 14,45 persen dan Partai Demokrat di posisi pertama dengan 20,85 persen.
“Padahal, 2004 dan 2009 Megawati mencalonkan diri sebagai Presiden. Alih-alih menang Pilpres atau menang Pemilu, suara PDIP malah anjlok lebih dari setengahnya dibanding tahun 1999,” jelas R Haidar Alwi.
Barulah pada Pemilu 2014 dan 2019, perolehan suara PDI Perjuangan kembali terdongkrak setelah mengusung sosok capres fenomenal yang dikenal dengan nama Jokowi. Mereka tidak hanya memenangkan Pemilu Legislatif tapi juga Pemilu Presiden sekaligus dua kali berturut-turut.