HOLOPIS.COM, JAKARTA – Perusahaan raksasa Unilever mengumumkan pada hari Selasa (19/3) kemarin, bahwa pihaknya mungkin akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran dalam waktu dekat.
Menurut keterangan dari CEO Unilever, Hein Schumacher, bahwa rencana PHK massa ini adalah bagian dari konsekuensi efisiensi dan pemisahan unit bisnis yang bernaung di bawah bendera Unilever.
“Berdasarkan rencana aksi pertumbuhan perusahaan, kami berkomitmen untuk melakukan lebih sedikit hal, lebih baik, dan berdampak lebih besar,” kata Schumacher dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com hari ini.
Tak tanggung-tanggung, rencana PHK ini akan berdampak pada 7.500 karyawan di bawah naungan Unilever. Mereka yang terdampak adalah para pekerja yang fokus untuk memproduksi beberapa brand es krim, seperti Ben & Jerry’s.
“Perubahan yang kami umumkan hari ini akan membantu kami mempercepat rencana tersebut, dengan memfokuskan bisnis dan sumber daya kami pada merek-merek global atau yang dapat diperluas di mana kami dapat menerapkan inovasi, teknologi, dan kapabilitas go-to-market kami yang terdepan di seluruh model operasi yang saling melengkapi,” jelasnya.
Selain Ben & Jerry’s, Unilever juga akan memangkas karyawan Wall’s dan Magnum. Hal ini karena mereka memiliki karakteristik yang berbeda dari model bisnis lainnya, seperti memerlukan rantai pasokan dan titik penjualan yang mendukung barang beku, lebih bersifat musiman, dan intensitas modal yang lebih besar.
Efisiensi ini penting demi tetap memberikan daya sehat bagi roda bisnis yang saat ini dijalankan oleh Unilever secara multinasional.
“Menyederhanakan portofolio kami dan mendorong produktivitas yang lebih besar akan memungkinkan kami untuk lebih membuka potensi bisnis ini, mendukung ambisi kami untuk memposisikan Unilever sebagai perusahaan barang konsumen terkemuka di dunia yang memberikan pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, dan peningkatan profitabilitas,” pungkasnya.
Sekadar diketahui Sobat Holopis, bahwa berdasarkan catatan dari RBC Capital Markets, progres penjualan produk es krim mereka cukup tinggi. Bahkan untuk catatan tahun 2023 saja, penjualan tembus hingga 7,9 miliar euro ($8,6 miliar) atau sekitar Rp134,6 triliun.
Hanya saja, Unilever kabarnya masih akan mempertimbangkan alternatif lain dalam proses yang diperkirakan akan memakan waktu hingga akhir tahun 2025.
Mereka mengklaim dengan upaya efisiensi dan pemangkasan besar-besaran ini, perusahaan bisa menghasilkan penghematan hingga €800 juta selama tiga tahun. Lantas, rencana restrukturisasinya akan menghabiskan sekitar 1,2% pendapatan selama tiga tahun ke depan, naik dari biaya sebelumnya sebesar 1% pendapatan per tahun.
Perubahan Model Bisnis
Dalam catatan lain, Unilever mengklaim bahwa mereka sedang mencoba untuk berubah menjadi bisnis dengan pertumbuhan lebih tinggi dan margin lebih tinggi. Untuk tahun lalu saja, mereka mencatat apa yang mereka sebut sebagai pertumbuhan penjualan sebesar 7% dengan margin operasi sebesar 16,7%.
Saham Unilever yang terdaftar di London, ULVR, 0.37% UL, -0,84% naik 4% di perdagangan pagi. Menjelang hari ini, sahamnya datar tahun ini dan turun 7% selama 52 minggu terakhir.