HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pengamat politik dari Indo Barometer, Muhammad Qodari menyampaikan alasan mengapa Megawati Soekarnoputri gagal menghantarkan capres-cawapresnya dalam Pilpres 2024, yakni Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
Hal ini menurut Qodari, berasal dari sosok Sekjen DPP PDIP yakni Hasto Kristiyanto yang dinilai menjadi biang keladi dari kegagalan PDIP memenangkan Ganjar Mahfud dalam kontestasi elektoral.
“Tidak heran kalau misalnya Ibu Mega punya sikap politik yang salah atau langkah-langkah politik yang salah, kalau informasi yang dikasih adalah sampah semua dari Sekjen,” kata Qodari dalam keterangannya di podcast Total Politik yang dikutip Holopis.com, Rabu (20/3).
Dalam kesempatan itu, ia juga sekaligus memberikan kritikan sangat pedas kepada sosok Hasto yang dinilainya kerap sekali memakan informasi salah atau hoaks sebagai dasar langkah politiknya, bahkan sebagai penopang bisikan kepada Ketua Umum PDIP.
“Saya prihatin, beliau sebagai Sekjen dari Partai besar kok kualitasnya begitu, ya buruk,” jelasnya.
Salah satu yang sangat kentara adalah ketika Hasto menyebut ada exit poll luar negeri yang menyebut bahwa Ganjar Mahfud mendapatkan suara tertinggi dibandingkan dua rival politiknya, yakni Anies – Imin dan Prabowo – Gibran.
“Sehingga hasil exitpoll luar negeri itu mengunggulkan Ganjar-Mahfud, baru kali ini terjadi anomali, di mana apa yang terjadi di luar negeri total berbeda dengan apa yang terjadi di dalam negeri,” kata Hasto dalam wawancara dengan Liputan6.
Merespons hal itu, Qodari pun meyakini bahwa Hasto jelas-jelas sudah menelan mentah data hoaks tersebut. Ini juga membuat Qodari sampai geleng-geleng kepala, mengapa partai besar sekelas PDIP memiliki Sekjen dengan kualitas yang sangat buruk.
“Ini salah satu pernyataan paling lemah dari mas Hasto Kristiyanto, pak Sekjen kita ini. Dan ini betul-betul mengherankan, beliau lagi-lagi kayaknya mengutip hoaks,” tegasnya.
Data Hasto Hoax
Dalam kesempatan itu, Qodari pun menyatakan bahwa tidak ada exit poll luar negeri. Sebab, tidak mungkin ada lembaga yang mau melakukan exit poll untuk warga negara Indonesia di luar negeri.
“Jadi beberapa waktu sebelum coblosan itu memang beredar meme hasil exit poll di berbagai wilayah di luar negeri. Sebetulnya saya melihat sekilas saja sudah aneh itu karena hasilnya hasil exit pollnya ada yang berdasarkan negara ada juga yang berdasarkan kontinen, gitu aja udah aneh,” paparnya.
“Yang pasti saya jamin enggak ada lembaga yang melakukan exit poll atau melakukan exit poll di luar negeri,” sambungnya.
Ada dua faktor utama mengapa ia meyakini tidak ada exit poll luar negeri. Pertama adalah data yang hendak ditangkap terlalu kecil. Dan yang kedua, ongkos risetnya pun jauh lebih mahal ketimbang melakukan metode yang sama di dalam negeri.
“Ngapain ngirim orang ke luar negeri begitu banyak untuk menangkap data yang begitu kecil. Kita pakai hasil dalam negeri saja, data TPS kita sudah mendapatkan gambaran besarnya,” terang Qodari.
Karena itu juga, apa yang disampaikan Hasto soal klaim data exit poll dengan data faktual tentang hasil rekapitulasi suara yang akhirnya sudah diketok palu oleh KPU Pusat, ada sebanyak 671.366 suara yang direkap, hasilnya Prabowo-Gibran yang menang.
“Totalnya 671.366 suara, hasil rekapitulasi di 128 PPLN, Prabowo Gibran unggul, bukan Ganjar Mahfud. Sorry yee,” ketusnya.