HOLOPIS.COM, JAKARTA – Hari ini adalah International Women’s Day atau Hari Perempuan Internasional. Hari di mana masyarakat diingatkan agar terus menghargai eksistensi perempuan, dan mengakui pengaruh besar mereka dalam kemajuan suatu peradaban.

Perayaan ini juga mengingatkan bahwa Hari Perempuan Internasional bukanlah peringatan terkait suatu tujuan, tetapi mengingatkan bahwa ini adalah perjuangan berkala yang harus terus dilakukan seiring dengan berkembangnya zaman.

Tak bisa dipungkiri, di era saat masyarakat sudah merasa bahwa laki-laki dan perempuan sudah hidup sejajar, namun kesetaraan gender masih menjadi sebuah pertarungan. Hal itu terlihat dari masih banyak asumsi atau kalimat yang sering dilontarkan sehari-hari oleh orang-orang disekitar yang sebenarnya berbau seksis.

Seksisme adalah prasangka dan anggapan bahwa salah satu jenis kelamin lebih superior atau lebih baik dibandingkan jenis kelamin lainnya.

Apa saja sih kalimat seksis yang sering dilontarkan hingga kerap kali dinormalisasikan?

1. Kamu hebat, untuk seorang perempuan

Kalimat ini menyiratkan bahwa standar kehebatan yang dilihat dari perspektif gender masih terbatas. Ini juga memberikan makna bahwa wanita memiliki ukuran hebat yang rendah dibandingkan pria, sehingga jika seorang perempuan melakukan sesuatu yang biasa saja dalam ukuran universal, dianggap sudah cukup bagus untuk ‘ukuran perempuan’.

2. Jangan terlalu ambisius, kamu kan perempuan

Pembahasan terkait posisi perempuan di dunia profesional masih menjadi perdebatan hingga saat ini. Masih banyak masyarakat yang menilai bahwa perempuan akan tetap berakhir di ‘dapur’ dan ‘kasur’ sehingga tidak perlu terlalu memiliki cita-cita yang tinggi.
Mengasumsikan bahwa perempuan seharusnya memiliki ambisi yang lebih rendah daripada pria adalah bentuk stereotip gender yang merugikan.

3. Perempuan harus fokus pada keluarga, bukan karier

Pertanyaan tentang perempuan harus memilih antara keluarga dan karir adalah pandangan yang eksis. Memandang wanita hanya sebagai pengasuh atau hanya perlu membersihkan rumah bisa mengekang potensi mereka dalam berbagai bidang, termasuk profesional.

Sama seperti pria, perempuan juga memiliki hak untuk memilih jalur hidup mereka sendiri, baik itu fokus pada keluarga atau karier, atau bahkan keduanya sekaligus.

4. Kamu terlalu emosional, seperti wanita lainnya

Menyatakan bahwa ekspresi emosi merupakan ciri khas perempuan, sementara pria diharapkan untuk menekan atau menyembunyikan emosi mereka, menciptakan stereotip yang merugikan bagi kedua gender, baik kepada laki-laki maupun perempuan.

5. Kamu nyetir seperti perempuan

Pandangan terkait perempuan tidak lebih pandai menyetir dibandingkan laki-laki adalah pendapat yang seksis. Menyetir terkadang dianggap sebagai skill maskulin yang hanya bisa dikuasai oleh pria. Berdasarkan penelitian di tahun 2020, pria menyebabkan kecelakaan dua kali lebih sering dibandingkan perempuan.

6. Pekerjaan rumah tangga adalah tugas perempuan

Berasusmi bahwa pekerjaan rumah adalah tugas seorang perempuan saja juga adalah pandangan yang seksis dan bisa merugikan untuk kedua gender. Hal ini mengasumsikan bahwa perempuan hanya wajib membersihkan rumah atau memasak, sehingga pria tidak wajib.

Ini justru membuat pria tidak memiliki skill yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mendasar, dan tidak bisa hidup sendirian tanpa diurus orang lain. Pandangan ini juga bisa menghalangi banyak langkah dan cita-cita perempuan.