HOLOPIS.COM, JAKARTA – Syahrul Yasin Limpo disebut dengan sengaja telah melakukan pemerasan kepada sejumlah anak buahnya di Kementerian Pertanian demi keuntungan pribadinya sendiri.
Dalam pembacaan dakwaan di sidang perdananya, jaksa menyebut bahwa kader Partai Nasdem itu tidak ragu-ragu menggunakan kewenangannya untuk memberikan setoran yang nilai totalnya mencapai Rp 44,5 miliar.
“Selain itu Terdakwa juga menyampaikan kepada jajaran di bawah Terdakwa apabila para pejabat Eselon I tidak dapat memenuhi permintaan Terdakwa tersebut maka jabatannya dalam bahaya,” kata jaksa KPK dalam pembacaan dakwaan seperti dikutip Holopis.com, Rabu (28/2).
Setiap instansi yang ada di Kementerian Pertanian pun juga kena korban pemotekan anggaran senilai Rp 20 persen untuk keperluan pribadi.
“Terdakwa juga menyampaikan adanya jatah 20% dari Anggaran di masing-masing Sekretariat, Direktorat, dan Badan pada Kementan RI yang harus diberikan kepada Terdakwa,” bebernya.
Para anak buahnya itu pun tidak berdaya memenuhi permintaan SYL demi mempertahankan jabatan mereka tidak dicopot.
“Dapat dipindahtugaskan atau ‘di-nonjob-kan’ oleh Terdakwa, serta apabila ada pejabat yang tidak sejalan dengan hal yang disampaikan Terdakwa tersebut agar mengundurkan diri dari jabatannya,” tuturnya.
Selain itu, SYL kemudian juga disebut bahkan sempat mengusir mantan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Momon Rusmono turun dari mobil karena tidak mematuhi perintah melakukan pemerasan.
Hal itu dilakukannya pada saat kunjungan kerja ke Pandeglang, Banten, pada Januari 2020
“SYL meminta Momon untuk pindah mobil karena Momon tidak dapat memenuhi kepentingan terdakwa, yang mana selanjutnya Momon turun dan pindah mobil,” ucap jaksa.
Selanjutnya pada Februari 2020, bertempat di ruang kerja Menteri Pertanian, SYL melalui Panji Harjanto selaku ajudannya memanggil Momon. SYL menyampaikan jika Momon tidak sejalan dengan keinginannya, Momon dipersilakan mengundurkan diri.
Keesokan harinya, Direktur Jenderal Perkebunan Kementan tahun 2020 Kasdi Subagyono menyampaikan kepada Momon bahwa atas arahan SYL, Momon tidak perlu mendampingi dan ikut kunjungan kerja bersama SYL, kecuali atas perintah SYL.
“Disampaikan juga oleh Kasdi kalau SYL ke timur, Pak Momon ke barat atau diam di kantor saja,” katanya.
Dengan demikian, Masmudi menambahkan sejak saat itu tugas Momon sebagai Sekjen Kementan dalam mendampingi SYL selaku Mentan diambil alih oleh Kasdi selaku orang yang lebih dipercaya oleh SYL.
Kemudian pada Mei 2021, Kasdi dipromosikan oleh SYL menjadi Sekjen Kementan menggantikan Momon. Setelah menjabat Sekjen Kementan, Kasdi meneruskan perintah SYL melakukan pengumpulan uang dari para pejabat eselon I Kementan untuk pembayaran serta kepentingan SYL dan keluarganya.
Atas perintah SYL tersebut, para pejabat eselon I di lingkungan Kementan dengan terpaksa memenuhi permintaan SYL karena khawatir pimpinannya itu marah, takut dipindahtugaskan, demosi jabatan, atau diberhentikan.